Wall Street Ditutup Menguat dengan S&P Melesat Ditopang Saham Teknologi
Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Jumat (25/4/2025) waktu setempat. S&P 500 ditutup menguat tajam pada minggu ini ditopang saham-saham teknologi.
IDXChannel – Indeks utama Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Jumat (25/4/2025) waktu setempat. S&P 500 ditutup menguat tajam pada minggu ini ditopang saham-saham teknologi.
Dilansir dari Investing, S&P 500 naik 0,7 persen dan mengakhiri minggu ini dengan kenaikan lebih dari 4 persen. NASDAQ Composite naik 1,3 persen, dan Dow Jones Industrial Average naik 0,1 persen.
S&P 500 ditutup naik tajam pada minggu ini karena hasil kuartalan Alphabet yang lebih baik dari perkiraan. Hal itu memicu optimisme baru pada kecerdasan buatan sehingga memperpanjang reli baru-baru ini pada saham teknologi.
Adapun saham Alphabet (NASDAQ:GOOGL) naik lebih dari 1 persen setelah raksasa teknologi itu melaporkan laba yang jauh lebih kuat dari perkiraan untuk kuartal pertama dan mengumumkan pembelian kembali saham senilai USD70 miliar.
Perusahaan itu juga menegaskan kembali rencana pengembangan AI yang ambisius, menawarkan optimism lebih bahwa permintaan chip dan pusat data yang digerakkan oleh AI akan terus berlanjut.
"Dengan latar belakang sentimen negatif dan pemeriksaan data, masalah regulasi, kekhawatiran persaingan, dan ketakutan terkait makro, Alphabet membalikkan pesimisme pasar terhadap perubahan dan pertumbuhan perseroan," kata Deutsche Bank dalam catatan terbarunya.
Namun, keuntungan raksasa teknologi itu agak tertahan karena hambatan hukum yang memberatkan setelah dokumen pengadilan menunjukkan pada Jumat bahwa seorang hakim Federal telah menetapkan evaluasi kembali dalam kasus antimonopoli yang diajukan oleh Departemen Kehakiman yang menuduh raksasa teknologi itu memegang monopoli ilegal dalam teknologi iklan.
Meski begitu, kinerja Alphabet memperbarui optimisme dalam AI, mendorong saham-saham teknologi lain naik tajam. NVIDIA Corporation (NASDAQ:NVDA), dan Meta Platforms Inc (NASDAQ:META) juga dalam mode reli.
Di sisi lain, saham Intel (NASDAQ:INTC) turun lebih dari 6 persen karena meningkatnya kekhawatiran atas hambatan makro dari perang dagang. Saham T-Mobile US (NASDAQ:TMUS) anjlok 11 persen setelah perusahaan telekomunikasi itu menambah lebih sedikit pelanggan nirkabel dari yang diharapkan pada kuartal pertama, karena para pesaingnya meningkatkan promosi di pasar telekomunikasi AS yang jenuh.
Saham Colgate-Palmolive (NYSE:CL) naik 1 persen setelah perusahaan barang konsumen itu memangkas panduan penjualan organik setahun penuh, menjadi perusahaan terbaru yang mengutip kemungkinan hambatan dari tarif agresif AS, meskipun masih menghasilkan laba kuartal pertama yang lebih baik dari yang diantisipasi.
Rentetan laba perusahaan akan terus berlanjut dalam beberapa minggu mendatang, termasuk dari raksasa teknologi Microsoft (NASDAQ:MSFT) dan Apple (NASDAQ:AAPL), meskipun fokusnya kemungkinan akan lebih pada panduan untuk tahun berjalan, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang meningkat.
Trump Isyaratkan Tarif Tinggi
Namun, ekuitas AS terpukul pada Jumat setelah publikasi wawancara Presiden AS Donald Trump di majalah Time, di mana presiden mengatakan ia akan menganggap kebijakan tarif sebagai kemenangan total jika AS memiliki tarif tinggi sebesar 20 persen hingga 50 persen terhadap negara asing dalam setahun dari sekarang.
Ekspektasi bahwa negosiasi akan menurunkan tarif dalam waktu dekat, khususnya antara AS dan China, telah mendorong pemulihan sentimen risiko pada paruh kedua minggu ini.
Terlebih lagi China sedang mempertimbangkan untuk memberikan pengecualian kepada beberapa produk AS setelah menetapkan tarif balasan yang tinggi, Negara tersebut bahkan meminta bisnis untuk mengidentifikasi barang-barang yang mungkin memenuhi syarat.
Para investor merasa gembira dengan adanya indikasi bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump mungkin akan melunakkan sikapnya terhadap Beijing. Trump telah menjadikan China sebagai target utama agenda tarif agresifnya, dengan menaikkan tarif terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut hingga setidaknya 145 persen.
Pada kalender ekonomi, hasil akhir survei sentimen konsumen Universitas Michigan untuk bulan April turun lebih sedikit dari yang diharapkan menjadi 52,2.
(Febrina Ratna Iskana)