Wall Street hingga Bursa Asia, Drama Obligasi AS Bikin Pasar Tumbang
Bursa Asia melanjutkan penurunan pada Rabu (4/10/2023), tenggelam ke posisi terendah dalam beberapa bulan.
DXChannel - Bursa Asia melanjutkan penurunan pada Rabu (4/10/2023), tenggelam ke posisi terendah dalam beberapa bulan.
Anjloknya sebagian besar bursa Asia mengikuti aksi jual tajam di Wall Street semalam karena data pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan membuat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US-Treasury lebih tinggi.
Imbal hasil (yield) obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak di atas 4,8 persen untuk pertama kalinya sejak tahun 2007 pada Rabu (4/10).
Bursa saham di Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong semuanya menurun. Sementara bursa China tetap tutup untuk libur selama seminggu.
Indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,94 persen, Hang Seng Hong Kong tumbang 0,83 persen, Straits Times Singapura merosot 1,29 persen dan ASX 200 Australia turun 0,88 persen.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ambruk 1,24 persen. Sementara indeks KOSPI di Korea Selatan turun paling dalam hingga 2,03 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Pada perdagangan Selasa (3/10), Wall Street ditutup dengan indeks S&P 500 berakhir pada level terendah sejak 1 Juni pada perdagangan Selasa (3/10/2023) waktu setempat.
Hal itu karena data ekonomi menggarisbawahi pandangan Federal Reserve mungkin perlu mempertahankan suku bunga tetap tinggi.
Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 438,96 poin, atau 1,31 persen. Sementara S&P 500 kehilangan 58,15 poin, atau turun 1,85 persen. Indeks Nasdaq Composite juga turun 246,5 poin, atau 1,85 persen.
Sepanjang tahun ini, kinerja Dow Jones berubah negatif untuk pertama kalinya sejak Juni dan berakhir pada level terendah sejak 31 Mei. Kinerja Dow Jones melemah 0,4 persen secara year to date (YTD) sementara Nasdaq juga ditutup pada level terendah sejak 31 Mei.
Data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS secara tak terduga meningkat pada Agustus, memicu kekhawatiran tentang ketatnya pasar tenaga kerja negeri Paman Sam, menjelang laporan utama pekerjaan bulanan pada Jumat esok.
Investor juga masih terus mencermati imbal hasil US Treasury, yang mencapai level tertinggi 16 tahun pada hari Selasa.
“Skenario yang diasumsikan sebagian besar investor adalah The Fed pada akhirnya perlu memangkas suku bunga jangka pendek, dan kita akan kembali ke lingkungan suku bunga yang menguntungkan,” kata Rick Meckler, partner di Cherry Lane Investments, dikutip Reuters, Selasa (3/10).
Biaya pinjaman yang lebih tinggi selama ini berdampak negatif bagi dunia usaha dan konsumen.
Investor juga sedang bersiap-siap untuk data kinerja kuartal terakhir perusahaan-perusahaan AS dalam beberapa minggu mendatang. Beberapa analis berharap hasil laporan ini dapat kembali memberikan berita positif bagi pasar.
Di Asia, Indeks Hang Seng telah anjlok 14,86 persen YTD. Sementara Nikkei 225 masih menguat 19,03 persen secara YTD. KOSPI juga masih berkinerja baik sepanjang tahun ini menguat 8,27 persen YTD. IHSG sepanjang tahun ini juga terkoreksi 1,04 persen. (ADF)