MARKET NEWS

Wall Street Layu Jelang Rilis Laporan Keuangan Nvidia

Fiki Ariyanti 21/05/2024 22:01 WIB

Mayoritas indeks Utama Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Selasa (21/5) waktu setempat jelang pengumuman kinerja keuangan Nvidia.

Wall Street Layu Jelang Rilis Laporan Keuangan Nvidia (foto mnc media)

IDXChannel - Mayoritas indeks Utama Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Selasa (21/5) waktu setempat. Nasdaq yang memiliki penghuni saham-saham teknologi turun paling dalam karena investor was-was jelang rilis kinerja keuangan Nvidia.

Mengutip Reuters, Selasa (21/5) waktu Jakarta, Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 28,67 poin atau 0,07% ke 39,835.44, S&P 500 (.SPX) turun 3,95 poin atau 0,07% menjadi 5,304.18, dan Nasdaq Composite (.IXIC) merosot 53,51 poin atau 0,32% ke 16,741.36.

"Karena hari Senin adalah hari yang kuat bagi Nasdaq, saya dengan hormat mengatakan hari ini adalah hari pengembalian yang buruk," kata Louis Navellier, kepala investasi di Navellier and Associates.

Saham Nvidia (NVDA.O) jatuh 1,3% menjelang pengumuman pendapatan kuartalannya pada Rabu ini yang kemungkinan akan menjadi pemicu pasar yang signifikan dan ujian bagi keberhasilan ledakan AI generatif.

Selain investor menanti laporan pendapatan produsen chip Nvidia pekan ini, sentimen lain yang memengaruhi laju bursa saham AS karena pejabat The Fed menekankan bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga acuannya.

Ketua Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan, bank sentral perlu berhati-hati sebelum mulai melonggarkan kebijakan moneter. Sementara Christopher Waller menekankan perlunya lebih banyak data inflasi sebelum menurunkan suku bunga.

Para investor saat ini memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 43 basis poin pada tahun ini, dengan penurunan seperempat poin sudah diperhitungkan sepenuhnya pada November.

"Kami terus memperkirakan The Fed akan melakukan pemotongan pertama pada Desember. Pemangkasan lebih awal mungkin terjadi, namun hal ini kemungkinan memerlukan serangkaian angka inflasi yang lebih menguntungkan dan beberapa pelemahan dalam data pasar tenaga kerja," imbuh Analis Deutsche Bank Research dalam catatannya.

(FAY)

SHARE