MARKET NEWS

Wall Street Pekan Depan, Pasar Diuji Data Laporan Keuangan dan Inflasi

Dinar Fitra Maghiszha 13/07/2025 07:10 WIB

Indeks utama bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street bakal diuji musim laporan keuangan kuartalan dan data inflasi pada pekan depan. 

Wall Street Pekan Depan, Pasar Diuji Data Laporan Keuangan dan Inflasi. Foto: dok. AP.

IDXChannel - Indeks utama bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street bakal diuji musim laporan keuangan kuartalan dan data inflasi pada pekan depan. Periode ini terjadi setelah indeks S&P 500 menyentuh rekor tertinggi, di tengah sentimen kesepakatan tarif dagang.

Sebelumnya Presiden Donald Trump mengumumkan tarif baru terhadap lebih dari 20 negara yang dijadwalkan berlaku mulai 1 Agustus 2025, termasuk peningkatan bea masuk untuk tembaga, farmasi, dan semikonduktor.

Berdasarkan data LSEG IBES, laba perusahaan dalam indeks S&P 500 diperkirakan hanya tumbuh 5,8 persen pada kuartal II-2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 10,2 persen pada 1 April 2025.

Analis dari Ned Davis Research mencatat bahwa 78 persen perusahaan S&P 500 berhasil melampaui estimasi konsensus pada kuartal pertama, meningkat dari tiga kuartal sebelumnya. 

Mereka menyatakan laba yang tinggi akan menjadi sinyal bahwa perusahaan mampu memitigasi dampak tarif terhadap operasional bisnis.

Pekan depan sentimen pasar akan didominasi oleh laporan keuangan dari sektor perbankan, termasuk JPMorgan Chase, Bank of America, dan Goldman Sachs. 

Beberapa perusahaan besar lain yang juga dijadwalkan melaporkan kinerjanya termasuk Netflix, Johnson & Johnson, dan 3M, demikian dilansir Investing, Minggu (13/7/2025).

>

Fokus investor juga tertuju pada laporan indeks harga konsumen (CPI) untuk bulan Juni yang akan dirilis Selasa depan. Ekonom memperkirakan inflasi bulanan naik sebesar 0,3 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.

Selain CPI, data penjualan ritel bulanan juga akan menjadi sorotan. Investor masih berharap agar Federal Reserve kembali memangkas suku bunga.

Namun, kekhawatiran bank sentral terhadap potensi lonjakan inflasi akibat tarif menjadi alasan utama untuk menahan pelonggaran kebijakan moneter.

Secara historis, S&P 500 telah mencatatkan kenaikan hampir 7 persen sepanjang 2025 hingga pertengahan tahun ini. 

Dalam perkembangan terbaru, Nvidia menjadi perusahaan publik pertama yang menembus kapitalisasi pasar USD4 triliun, dipicu reli saham produsen chip AI tersebut.

Pasar saham sempat anjlok pada April setelah pengumuman Trump mengenai tarif global besar-besaran dalam momen yang disebut sebagai “Liberation Day”. 

Meski demikian, sebagian besar investor masih optimistis bahwa AS akan mencapai kesepakatan dagang dengan negara mitra seperti Jepang dan Korea Selatan, sehingga dapat menghindari kenaikan tarif yang lebih tinggi.

"Pasar sudah mengantisipasi tercapainya kesepakatan tersebut. Jika itu tidak terjadi, maka potensi volatilitas jangka pendek bisa meningkat bila Gedung Putih benar-benar menerapkan kebijakan tarif yang agresif," ujar Chief Market Strategist di Ameriprise Financial, Anthony Saglimbene.

(NIA DEVIYANA)

SHARE