MILENOMIC

5 Fakta Unik tentang Gaya Finansial Gen Z, Tujuan Menabung hingga Cara Belanjanya

Kurnia Nadya 11/06/2025 21:20 WIB

Tidak semua perilaku finansial gen Z mesti dilabel buruk, sebab banyak perilaku finansial gen Z yang justru menunjukkan sebaliknya.

5 Fakta Unik tentang Gaya Finansial Gen Z, Tujuan Menabung hingga Cara Belanjanya. (Foto: Istimewa)

IDXChannel—Simak fakta unik tentang gaya finansial gen Z. Generasi ini terlahir pada 1997-2012, dan saat ini tengah berusia 13-28 tahun. Sebagian di antaranya telah merasakan penghasilan dari gaji bulanan. 

Angkatan gen Z paling dewasa saat ini berusia 28 tahun, yang artinya mereka telah memasuki angkatan kerja formal selama 5-6 tahun, dengan asumsi usia kelulusan kuliah 21-22 tahun dan langsung bekerja di lapangan kerja formal. 

Sehingga wajar bila kelompok usia ini diidentikkan dengan perilaku FOMO, karena pada tahun-tahun pertama bekerja dan merasakan gaji, individu cenderung lebih mudah terpengaruh tren dan masih mencari pola pengelolaan uang yang tepat. 

Namun di luar perilaku FOMO (Fear of Missing Out), banyak perilaku menarik yang berkaitan dengan keputusan finansial di kalangan. Tidak semua perilaku finansial gen Z mesti dilabel buruk, sebab banyak perilaku finansial gen Z yang justru menunjukkan sebaliknya. 

Melansir laporan riset Indonesia Gen Z Report 2024 yang dilakukan IDN Research Institute terhadap 602 responden di kota-kota besar, berikut ini adalah fakta unik tentang gaya finansial gen Z

5 Fakta Unik tentang Gaya Finansial Gen Z

1. Tujuan Menabung 

Responden survei menjawab bahwa mereka mampu menabung dan tujuan utama menabung adalah untuk kepemilikan rumah, investasi, modal bisnis kecil-kecilan, dan pendidikan (pelatihan, sertifikasi, dll). 

Sebanyak 19 persen responden berusia 16-20 tahun dan 29 persen responden berusia 21-26 tahun mengutamakan tabungan untuk pembelian rumah. Kelompok usia yang sama juga mengutamakan investasi, modal bisnis, dan biaya pendidikan. 

2. Mengerti Dana Darurat

Sebagian besar responden survei juga memahami pentingnya dana darurat dan telah menabung untuk dana darurat. Sebanyak 36 persen mengaku sudah memiliki dana darurat cukup, dan 38 persen sudah memiliki dana tetapi merasa belum cukup. 

Sebanyak 37 persen mengaku sudah mulai berinvestasi untuk mencapai target finansial, dan 21 persen mengaku baru mulai berinvestasi tetapi belum menentukan target yang ingin dicapai. 

Ini menandakan sebagian gen Z sudah memiliki literasi keuangan dan investasi yang cukup, sejalan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2025 OJK dan BPS yang menyebutkan bahwa tingkat literasi  keuangan di kalangan gen Z mencapai 70-an persen. 

3. Budget Conscious Shopper

Meskipun generasi ini sering diidentikkan dengan perilaku FOMO dan gaya hidup boros, nyatanya tidak semua berperilaku demikian. Sebanyak 50 persen dari responden mengutamakan harga sebagai faktor utama yang dipertimbangan dalam belanja. 

Mereka sangat menyadari keterbatasan budget, oleh sebab itu mereka berupaya memanfaatkan promo dan cermat membandingkan harga produk dari beberapa toko dan platform e-commerce. 

Harga dan promosi adalah dua faktor yang menjadi pertimbangan utama para responden dalam memilih barang sebelum dibeli. 

4. Mempertimbangkan Review/Testimoni 

Sebanyak 50 persen responden mempertimbangkan masukan dari testimoni konsumen lainnya, bahkan 59 persen responden mengaku membeli produk setelah menonton ulasan produk di YouTube dan TikTok. 

Sebanyak 57 persen responden mengaku mempertimbangkan testimoni dari influencer yang dipercayainya. Tak mengherankan bila banyak brand bekerja sama dengan influencer untuk memasarkan produknya ke kalangan gen Z. 

Saat ini banyak YouTuber dan TikTokers yang kerap membuat konten ulasan-ulasan produk elektronik, produk kecantikan, dan produk-produk lainnya. 

5. Memanfaatkan Fasilitas BNPL 

BNPL atau ‘buy now pay later’ adalah fasilitas kredit yang diberikan platform e-commerce atau pihak ketiga lainnya kepada konsumen untuk membeli barang secara kredit tanpa kartu kredit dari bank. 

Layanan paylater mempermudah konsumen untuk mendapatkan barang dengan skema angsuran. Meskipun gen Z memanfaatkan BNPL, responden dalam survei ini umumnya membatasi pemakaian maksimal kurang dari 25 persen dari total pengeluaran bulanan. 

Sedikit di antaranya menghabiskan lebih dari 25 persen untuk belanja dengan paylater. Namun demikian, sebanyak 95,7 persen responden menyadari dan mengkhawatirkan efek paylater terhadap belanja secara impulsif dan berlebihan. 

Menunjukkan bahwa sebagian gen Z memang menyadari dampak negatif kemudahan berbelanja melalui layanan paylater terhadap pola spending habit-nya masing-masing. 

Meskipun gen Z digambarkan sebagai anak muda yang cenderung boros, nyatanya tidak semua berperilaku boros dan impulsif. Dengan rentang usia yang bervariasi, sebagian di antaranya justru telah memiliki kesadaran finansial yang baik. 

Itulah beberapa fakta unik tentang gaya finansial gen Z. 


(Nadya Kurnia)

>
SHARE