Ada Teknologi AI Bikin Orang Amerika Serikat Sulit Dapat Pekerjaan
Pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan AI berdampak pada makin sulitnya orang Amerika Serikat (AS) memperoleh pekerjaan.
IDXChannel - Pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI) berdampak pada makin sulitnya orang Amerika Serikat (AS) memperoleh pekerjaan.
Dikutip Business Insider, Selasa (23/5/2023), para pelamar kerja di AS merasakan kesulitan melamar pekerjaan yang sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya.
Banyak lamaran yang mereka kirimkan sama sekali tidak terjawab. Padahal sebelumnya mereka setidaknya dapat dengan mudah menerima panggilan hingga akhirnya diterima sebagai karyawan.
"Saya sudah melamar di 200 pekerjaan dan hanya 30 lamaran yang datang dan mengatakan mereka mencari orang lain. Saya benar-benar bingung apa yang terjadi sekarang," ujar Michael Keach dikutip Business Insider.
Ian Siegel, CEO ZipRecruiter mengatakan saat ini proses pemilihan karyawan memang sangat berbeda dibanding sebelumnya. Dulu pemilihan calon karyawan dilakukan secara konvensional melalui observasi yang dilakukan oleh pihak penyedia pekerjaan.
Saat ini semuanya berbeda karena adanya teknologi AI. Teknologi itu bertanggung jawab menyeleksi seluruh kandidat pelamar pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan kantor.
Jadi proses pemilihannya benar-benar mengandalkan algoritma khusus. Alhasil tidak sembarangan orang yang bisa dipanggil untuk mengikuti tahapan selanjutnya.
"Era hadirnya robot-robot yang merekrut para pekerja sudah dimulai dan banyak orang justru tidak sadar itu sudah terjadi," ujar Ian Siegel.
Society for Human Resource Management mengatakan bahwa isu itu bukan isapan jempol belaka. Saat ini 42 persen perusahaan besar di Amerika melakukan perekrutan karyawan dengan menggunakan AI. Mereka menggunakan kecerdasan buatan seperti HireVue, Harver, hingga Prem.
Tidak hanya untuk penyaringan, beberapa perusahaan bahkan tetap menggunakan teknologi AI di semua tahapan lamaran kerja. Jadi begitu berhasil lolos penyaringan, para pelamar kerja akan melakukan sesi wawancara yang direkam melalui video.
Hasil rekaman itu kemudian akan dianalisa lagi secara mendalam dengan teknologi AI.
"Pelamar difilmkan menjawab serangkaian pertanyaan sementara sebuah program atau robot menganalisis ucapan dan ekspresi wajah mereka," sebut Society for Human Resource Management.
Penggunaan teknologi itu sendiri semakin memperburuk hubungan teknologi AI dengan manusia. Tidak hanya bikin manusia sulit dapat pekerjaan, teknologi AI juga bisa menggantikan manusia dalam bekerja.
Hal itu didasarkan temuan Goldman Sachs baru-baru ini memperkirakan 300 juta pekerjaan di Amerika Serikat dan Eropa dapat digantikan oleh AI. (RRD)