MILENOMIC

Apa Penyebab Elon Musk Batal Membeli Twitter? Yuk Intip Penjelasannya

Mohammad Yan Yusuf 09/07/2022 12:35 WIB

Desas desus ini sempat berhembus kencang sebelum akhirnya dirinya menegaskan membatalkan. Tentunya banyak bertanya penyebab Elon Musk batal membeli Twitter.

Apa Penyebab Elon Musk Batal Membeli Twitter? Yuk Intip Penjelasannya. (Foto : MNC Media)

IDXChannel - Penyebab Elon Musk batal membeli Twitter tentu menjadi pertanyaan sejumlah orang. 

Sebab, desas desus ini sempat berhembus kencang sebelum akhirnya dirinya menegaskan membatalkan. Tentunya banyak yang bertanya penyebab Elon Musk batal membeli Twitter

Lalu apa saja penyebab Elon Musk batal membeli Twitter? Yuk simak penjelasan yang berhasil kami himpun dari berbagai sumber. 

Info Batal Beli Twitter

Desas-desus Elon Musk yang ingin membatalkan rencananya membeli Twitter, akhirnya benar-benar terjadi. 

CEO SpaceX dan Tesla itu mengumumkan bahwa dia batal merampungkan transaksi pembelian Twitter. 

Hal itu ia sampaikan melalui kuasa hukumnya dalam sebuah dokumen yang dikirimkan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) alias SEC belum lama ini. 

Dalam dokumen itu, disebutkan bahwa Musk tidak jadi membeli membeli media sosial berlogo "burung" tersebut karena menurutnya, Twitter melanggar sejumlah peraturan ketika proses negosiasi berlangsung. 

Pelanggaran Materi

Beberapa pelanggaran tersebut konon berupa "pelanggaran materi" dan pelanggaran lainnya berupa "pernyataan yang menyesatkan" terkait jumlah akun robot (bot) dan akun palsu (spam) di Twitter. 

Hal itu bahkan terjadi hampir dua bulan.

Padahal ia telah meminta data dan informasi yang diperlukan untuk 'membuat penilaian independen terhadap prevalensi akun palsu atau spam di platform Twitter,'

Apa Penyebab Elon Musk Batal Membeli Twitter? Yuk Intip Penjelasannya. (Foto : YugaTech)

Tuntut Elon Musk

Setelah proses kegagalan itu, Twitter berencana menuntut Musk dan memastikan bahwa akan terus berupaya untuk menyelesaikan proses transaksi. 

Informasi tersebut disampaikan oleh ketua dewan direksi Twitter "Bret Taylor melalui akun Twitter dengan handle @btaylor. 

The Twitter Board is committed to closing the transaction on the price and terms agreed upon with Mr. Musk and plans to pursue legal action to enforce the merger agreement. We are confident we will prevail in the Delaware Court of Chancery," cuit @btaylor pada 8 July 2022.

Selain itu, dewan direksi Twitter berkomitmen untuk merampungkan proses transaksi dengan harga dan persyaratan yang telah disepakati Musk sebelumnya. 

"Kami berencana mengambil jalur hukum untuk menegakkan perjanjian dalam proses akuisisi Twitter oleh Musk ini dan kami yakin pasti akan menang," imbuh Taylor. 

Gegara Akun Bot

Tak hanya itu, jumlah akun bot yang "tidak jelas" jadi alasan Elon Musk. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Twitter dan Musk memang berkali-kali berselisih soal data akun bot dan spam yang beredar di platform mikroblogging itu. 

Akun bot atau spam adalah akun palsu di media sosial yang melakukan tindakan tertentu. 

Akun tersebut bisa saja dikendalikan oleh orang lain atau mesin otomatis, tapi identitas yang digunakan, bukanlah yang sebenarnya alias palsu. 

Mulanya, Twitter mengklaim bahwa total akun bot/spam yang beredar di platformnya hanya 5 persen dari total 226 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi (monetizable daily active user/mDAU). 

Penjelasan Bos Twitter

Meski telah dijelaskan oleh bos Twitter, namun Musk meragukan data tersebut dan memprediksi total akun bot/spam yang beredar di platform microblogging itu 20 persen dari total pengguna, alias lima kali lebih banyak dari klaim Twitter. 

Karena itulah, Musk meminta Twitter membuktikan klaimnya, yang hingga saat ini belum diberikan, seperti informasi dari kuasa hukum Musk di atas. 

Ketika Musk mempermasalahkan jumlah akun bot dan spam di Twitter kala itu, CEO Twitter, Parag Agrawal telah membuat sebuah utas (thread) untuk menjelaskan metodologi penghitungan jumlah akun bot di Twitter. 

Menurut Agrawal, Twitter mengandalkan tenaga manusia untuk mengulas ribuan akun untuk memastikan apakah akun tersebut termasuk bot/spam atau bukan. 

Namun, Agrawal mengatakan dirinya tidak bisa memberikan informasi lebih spesifik karena berkaitan dengan data pribadi pengguna Twitter. 

Belum jelas apakah hanya karena alasan tidak memberikan data terkait akun bot atau spam ini, Musk bisa membatalkan transaksi pembelian Twitter atau tidak. 

Di sisi lain, apabila melihat tanggapan Taylor tadi, Twitter tidak akan tinggal diam dan serta-merta mundur dari transaksi pembelian Twitter yang diumumkan pada April lalu ini. 

Harga USD44 Miliar

Seperti diketahui, Elon Musk resmi mengumumkan akan membeli Twitter dengan harga USD44 miliar atau sekitar Rp634 triliun pada 26 April 2022 lalu. 

Setelah Twitter dibeli Elon Musk, Twitter nantinya akan menjadi perusahaan privat, bukan lagi perusahaan publik yang melantai di bursa saham AS. 

Para pemegang saham akan menerima 54,20 dollar AS (sekitar Rp750.000) secara tunai untuk per saham Twitter yang mereka miliki. 

Angka tersebut sesuai dengan penawaran yang diajukan Musk dan merupakan 38 persen dari premi harga penutupan saham Twitter pada 1 April, hari perdagangan terakhir sebelum Musk mengungkap kepemilikan sahamnya di Twitter. 

"Dewan Twitter melakukan proses yang bijaksana dan komprehensif untuk menilai pengajuan Elon yang berfokus pada nilai, kepastian, dan pembiayaan," kata ketua dewan direksi Twitter Taylor pada saat itu. 

Hanya saja transaksi yang diajukan akan memberikan premi tunai yang substansial dan kami percaya bahwa ini adalah jalan terbaik ke depan bagi pemegang saham Twitter. 

Sementara itu, Musk mengatakan bahwa Twitter memiliki potensi yang luar biasa. Dirinya berharap bisa bekerja sama dengan perusahaan barunya dan para pengguna Twitter. 

"Kebebasan berbicara adalah fondasi fungsi demokrasi, Twitter adalah pusat kota digital, di mana hal-hal penting bagi masa depan umat manusia, diperdebatkan di sini," kata Musk kala itu.

Itulah penjelasan penyebab Elon Musk batal membeli Twitter. Semoga informasi ini berguna bagi Anda. 

SHARE