Mengenal Intangible Asset: Pengertian, Contoh, dan Cara Menghitungnya
Dalam kegiatan bisnis, intangible asset dapat berupa brand atau merek dagang, properti intelektual, hak eksplorasi dan eksploitasi, dan paten.
IDXChannel—Intangible asset merupakan sumber daya perusahaan maupun milik perorangan, berupa aset tak berwujud dan memiliki nilai yang dapat dihitung di masa mendatang meskipun tanpa wujud fisik.
Aset tak berwujud ada dalam kehidupan individual maupun kegiatan bisnis. Dalam kehidupan individual, kesehatan dan kecerdasan adalah contoh intangible asset, yang meskipun tidak berwujud fisik tapi memiliki nilai dan dapat dimanfaatkan.
Melansir Investopedia (19/9), intangible asset umumnya bersifat jangka panjang dan nilainya dapat bertambah seiring waktu berjalan. Berbeda dengan tangible asset atau aset berwujud, intangible asset tidak bisa diukur secara fisik.
Tangible asset dapat diukur secara fisik dan perhitungan nilainya lebih mudah. Contoh aset berwujud antara lain properti yang dimiliki perusahaan, lahan siap pakai, dan peralatan produksi yang dimiliki perusahaan.
Untuk mengukur nilai aset-aset berwujud ini, perusahaan dapat meminta perhitungan secara appraisal untuk melihat nilai pasar terkininya. Sementara aset tak berwujud lebih sulit ditentukan nilai pastinya, sebab manfaatnya bisa berlangsung hingga jangka panjang.
Contoh Intangible Asset, Karakteristik dan Cara Menghitungnya
Dalam kegiatan bisnis, intangible asset dapat berupa brand atau merek dagang, properti intelektual (hak cipta, aset digital, waralaba, trademark, rahasia dagang, dll), hak eksplorasi dan eksploitasi, dan paten.
Misalnya, jika suatu perusahaan menemukan resep dan cara produksi roti yang menghasilkan cita rasa khas yang belum pernah ada sebelumnya. Lalu perusahaan tersebut mendaftarkan paten resep dan cara produksi itu.
Atau hak cipta atas karya yang dibuat oleh seorang musisi, sutradara film, seniman, dan penulis. Brand yang menjadi identitas produk, logo, atau ciri khas suatu brand juga merupakan kekayaan intelektual yang bernilai.
Oleh sebab itu pembuatan konten video yang memanfaatkan lagu sebagai background musik, biasanya menggunakan musik-musik tanpa hak cipta yang bebas digunakan secara gratis. Sebab penggunaan musik dengan hak cipta memerlukan pembayaran royalti.
Aset-aset tak berwujud seperti hak cipta, brand, logo produk, resep dan formula, cara produksi, lebih sulit diukur nilainya karena aset ini dapat bernilai dalam jangka panjang dan dapat berguna bagi bisnis hingga masa mendatang.
Melansir OCBC NISP (19/9), berikut ini adalah karakteristik intangible asset yang membedakannya dengan tangible assets:
- Tidak ada wujud fisiknya, sehingga tidak dapat dilihat dan dipegang
- Tidak masuk dalam instrumen keuangan tapi menghasilkan nilai di masa mendatang
- Sifatnya jangka panjang, tergolong subjek amortisasi
- Hanya dapat diperoleh melalui pengembangan atau pembelian secara terpisah atau sekaligus menjadi satu
- Digunakan secara tidak langsung dalam operasional perusahaan
- Sangat dipengaruhi oleh tindakan dan aktivitas kompetitor
- Tidak memiliki usia ekonomis atau masa kedaluwarsa
Lalu bagaimana cara menghitung nilai aset tak berwujud yang tidak memiliki nilai buku yang tercatat? Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), ada tiga cara untuk menilai aset tak berwujud.
- Pendekatan pasar: valuasi dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan aset tak berwujud yang sama di pasaran. Namun cara ini cukup sulit dilakukan karena biasanya perusahaan merahasiakan informasi tentang intangible asset-nya sendiri
- Pendekatan pemasukan: perusahaan dapat menilai intangible asset miliknya ketika aset tersebut menghasilkan pemasukan. Misalnya dengan menghitung nilai berdasarkan royalti yang pernah diterima
- Pendepatan biaya: metode perhitungan ini menitikberatkan pada subsitusi dan tidak menghitung manfaat pada masa mendatang berdasarkan waktu maupun jumlah
Itulah penjelasan singkat tentang intangible asset adalah, beserta contoh dan cara menghitungnya.
(Nadya Kurnia)