MILENOMIC

Simak Beberapa Risiko Usaha Gas Elpiji

Iqbal Widiarko 06/04/2024 14:25 WIB

Risiko usaha gas elpiji yang kerap terjadi adalah tabung gas yang rusak.

Simak Beberapa Risiko Usaha Gas Elpiji. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Risiko usaha gas elpiji yang kerap terjadi adalah tabung gas yang rusak. Saat ini sudah banyak warga yang menggunakan gas elpiji untuk memasak, otomatis permintaan akan meningkat. Semakin tinggi permintaan suatu barang maka pasti akan membutuhkan pasokan lebih banyak dari biasanya.

Untuk itu, perlu waktu untuk mengirimkan semua pasokan tersebut dari produsen ke toko eceran. Biasanya dalam proses distribusi, kebanyakan agen akan membawa tabung-tabung tersebut menggunakan truk.

Hal itu membuat tabung gas rentan mengalami kerusakan, terutama pada ukuran 3 kg. Sebab, ukurannya yang kecil sangat rentan untuk terbentur antara satu dengan yang lainnya sehingga mengakibatkan kerusakan.

Dilansir dari berbagai sumber pada Sabtu (6/4/2024), IDX Channel telah merangkum risiko usaha gas elpiji, sebagai berikut.

Risiko Usaha Gas Elpiji

1. Kelangkaan Tabung Gas Elpiji

Risiko usaha gas elpiji yang pertama adalah terjadinya kelangkaan tabung gas terutama yang ukuran 3 kg. Biasanya kelangkaan tersebut terjadi karena permintaan barang yang semakin tinggi, namun distribusi yang tidak memadai. Akibatnya barang menjadi langka, apalagi disaat hari-hari raya besar tiba.

Saat Natal, Idul Fitri, bahkan tahun baru pasti selalu ada lonjakan permintaan gas elpiji. Permintaan gas yang melonjak akan memperburuk kondisi. Sementara konsumen tidak mau membeli gas ukuran besar karena cenderung harganya lebih mahal dibandingkan dengan ukuran 3 kg.

2. Proses Bongkar Muatan Rumit

Proses bongkar muatan tabung gas yang mengganggu orang lain juga termasuk rIsiko usaha gas elpiji yang harus diketahui. Hal itu dikarenakan prosesnya yang cukup lama dan juga menimbulkan suara bising dari tabung gas yang berbenturan. Tentu ini merupakan salah satu rIsiko usaha gas elpiji. Sehingga membuat tetangga di sekitarnya akan terganggu. Apalagi jika toko berada di pemukiman warga, pasti mobilitas jalan akan sedikit terganggu karena adanya mobil pengangkut tabung gas yang cukup besar.

Dengan ukuran mobil yang cukup besar, maka akan mengambil banyak ruas jalan. Akibatnya, jalan tersebut bisa mengalami sedikit kemacetan hingga menimbulkan kecelakaan. Untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut, maka sebisa mungkin membongkar muatan di luar jam istirahat agar tidak mengganggu warga sekitar.

3. Adanya Risiko Komplain Masyarakat

Pangkalan Elpiji yang berlokasi di lingkungan padat penduduk seringkali menjadi sumber gangguan, terutama saat proses bongkar muat. Masyarakat umumnya mengeluhkan suara berisik dari tabung-tabung yang dipindahkan, dan keriuhan proses bongkar muat itu sendiri. Belum lagi truk tabung yang terparkir lama membuat arus kendaraan lain sering tersendat.

Masyarakat juga umumnya masih menganggap Elpiji sebagai barang yang berbahaya, karena memang resiko meledaknya tinggi. Akibat dari ledakan pun biasanya fatal karena bisa menyebabkan kebakaran besar dan korban jiwa. Jadi risiko terbesar memiliki pangkalan, atau usaha Elpiji yang lokasi penyimpanannya di tengah rumah-rumah penduduk adalah santernya komplain masyarakat.

4. Proses Distribusi yang Kurang Lancar

Risiko usaha gas elpiji yang selanjutnya adalah proses distribusinya yang kurang lancar. Biasanya proses pendistribusian gas dilakukan dengan mobil truk. Jika sedang mengalami cuaca yang sangat buruk seperti hujan yang tidak kunjung berhenti, maka akan sangat sulit untuk mendistribusikannya.

Selain itu, ketersediaan stok gas yang minim juga bisa menjadi pemicu tidak lancarnya proses distribusi. Agar tidak terjadi, disarankan untuk selalu mengecek stok yang tersedia setiap harinya.

5. Modal Cukup Besar


Bisnis elpiji membutuhkan modal yang tidak sedikit. Sebab, modal tersebut dipergunakan untuk menyetok barang dan menjualnya kepada konsumen. Apalagi setiap tahunnya harga elpiji mengalami kenaikan sehingga mempengaruhi modal yang harus dikeluarkan. Agar modal yang dikeluarkan tidak langsung membengkak, sebaiknya penjual tidak menyetoknya terlalu banyak.

Bisa dengan mencicil sedikit demi sedikit stok tabung gasnya seperti pengecer. Jika sudah habis, maka bisa membelinya kembali. Dengan melakukan hal itu akan membuat modal yang dikeluarkan tetap terkendali sehingga tidak akan memberatkan penjual.

Itulah informasi terkait risiko usaha gas elpiji yang bisa Anda simak, semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk selalu terus update berita terkini Anda seputar bisnis dan ekonomi hanya di IDX Channel.

SHARE