MILENOMIC

Strategi Sushimoo Andalkan Cloud Kitchen, Berhasil Survive Selama Pandemi

Kurnia Nadya 25/10/2022 16:18 WIB

Sushimoo adalah salah satu brand homemade sushi yang bertahan menghadapi pandemi hingga saat ini. Apa saja strateginya?

Strategi Sushimoo Andalkan Cloud Kitchen, Berhasil Survive Selama Pandemi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Penggemar masakan Jepang di ibu kota  tentu kenal Sushimoo, brand kuliner Jepang yang menyediakan beragam menu sushi dengan harga murah, rasa lezat, dan hingga saat ini masih hanya melayani pemesanan untuk delivery service. 

Sushimoo bersaing dengan brand-brand sushi lain di ibu kota, yang sebagian bermain di pasar offline—dengan membuka gerai—dan yang hanya mengandalkan pasar online. Namun Sushimoo membuktikan bahwa kejelian dan konsistensi mampu membawa bisnis selama tiga tahun. 

Owner Sushimoo Eka Silviani Pranarka membeberkan beberapa tips dan kisah singkat tentang perjalanannya membawa Sushimoo hingga ke titik saat ini dalam live talk “Break Time with Sushimoo.id” yang digelar IDXChannel pada 19 Oktober 2022. 

Brand sushi yang dikelola kini memiliki 12 cabang dapur di Jakarta dan sekitarnya, bahkan berhasil melewati pandemi. Bagaimana cara Eka mempertahankan bisnisnya di tengah persaingan dan pembatasan akibat pandemi? 

Kembangkan Cloud Kitchen 

Eka memulai Sushimoo sejak situasi masih normal, alias, pandemi belum berlangsung. Saat itu ia mengamati dan memikirkan ide untuk mengembangkan bisnis dengan model cloud kitchen, dan ia memilih sushi sebagai menunya. Ia yakin, masyarakat akan tetap menggemari sushi hingga 4-5 tahun ke depan. 

Cloud kitchen adalah model bisnis dapur yang menyediakan makanan tanpa resto dine in, disediakan khusus hanya untuk melayani pemesanan delivery order atau pick up order. 

Eka memilih untuk menerapkan model bisnis ini untuk menekan biaya-biaya yang tidak perlu, lantas mengalihkannya untuk membeli bahan baku. Dengan membatasi pembelian dengan pick up dan delivery, ia tak perlu membayar biaya renovasi tempat dine in. 

“Dalam bisnis resto dine in, paling besar dana keluar itu untuk renovasi dan tempatnya. Itu bisa miliaran. Nah, kami meminimalisir ini supaya bisa menjangkau area lebih banyak biarpun modalnya kecil,” kata Eka. 

Cara ini terbukti berhasil. Sebab kini Sushimoo cukup luas dikenal, menjadi alternatif yang layak dipertimbangkan oleh konsumen yang ingin makan sushi dengan kualitas mendekati premium, namun harganya murah. 

Sushi yang diracik dan dimasak Sushimoo rata-rata adalah fushion sushi dengan daging matang, karena kecenderungan selera konsumen sushi di Indonesia lebih menyukai sushi dengan daging matang.

Eka mengemas sushi menjadi porsi-porsi tertentu dalam platter (nampan), makin besar porsi makin mahal harganya. Porsi termurah Sushimoo dibanderol Rp66.000, berisi 11 potong sushi beragam isian dan topping. Termahal dibanderol Rp628.000, berisi 74 potong sushi dengan bermacam-macam isian dan topping. 

Jamin Bahan Baku 

Salah satu rahasia lain yang membuat Sushimoo mampu bertahan sampai sekarang adalah konsistensi Eka untuk menyediakan bahan baku terbaik. Ini adalah salah satu alasan mengapa Eka tidak terburu-buru untuk membuka cabang di luar kota, karena ia ingin fokus memantau alur pasokan bahan baku. 

“Bisnis kuliner banyak yang perlu dijaga. Salah satunya kualitas bahan baku. Rasa dan kualitas produk di luar kota kan harus sama dengan yang di Jakarta,” kata Eka. 

Semuanya demi menjaga kualitas bahan baku. Sebab perlu diakui, bahwa bahan baku yang tersedia di dalam negeri kualitasnya tidak stabil, sedangkan pengusaha kuliner tentu ingin mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang konsisten untuk menjamin mutu produknya. 

“Kelemahan terbesar bahan baku lokal adalah kualitasnya. Kami selalu mengutamakan pasokan lokal, selama masih bisa dipasok dari dalam negeri, kami ambil dari sini,” 

Manfaatkan Media Sosial 

Eka mengaku, peranan media sosial pada peningkatan bisnis Sushimoo sangatlah besar. Pada awal-awal launching, brand Sushimoo tidak begitu dikenal masyarakat luat. Hingga akhirnya Eka mulai menggunakan jasa influencer untuk memperkenalkan produknya ke pengguna media sosial secara masif. 

“Walaupun awal-awal cuma pakai satu dua influencer saja, itu sudah jadi momentum breakthrough bagi Sushimoo. Karena setelahnya kami makin dikenal, dan makin banyak yang beli,” tutur Eka. 

Eka mengatakan, keberadaan voucher diskon juga sangat membantu pihaknya untuk menjual produk. Mengingat Sushimoo masih sepenuhnya online, mau tidak mau harus mengandalkan media sosial dan marketplace untuk beroperasi. 

Selalu Ada Tempat 

Restoran sushi di Jakarta tak kurang, yang berdagang sushi secara online pun tak kalah banyak. Namun Eka tetap berani masuk ke pasar dan membawa produknya sendiri. Saat ditanya mengapa ia berani bersaing di pasar yang sudah penuh, Eka memberikan jawaban yang menarik. 

“Saya percaya, selalu ada tempat satu lagi buat kita,” jawabnya. 

Keyakinannya bahwa dalam ruang sesempit apa pun, mestilah ada satu slot lagi yang bisa ia masuki, mendorongnya untuk mengelola dan mengembangkan Sushimoo hingga titik ini. Tahun depan, ia menargetkan dapur Sushimoo bertambah menjadi 25 outlet. 

Eka juga berencana untuk mulai menjajal peluang dine in dengan bermitra dengan pihak lain untuk membuka resto. Meskipun awalnya Sushimoo berangkat dari konsep delivery pick up orders, namun Eka tak membatasi diri pada peluang pengembangan lain. 

“Kuncinya kan lihat ke depan, minimal 2-3 tahun ke depan,” ujar Eka. (NKK)

SHARE