Tips Bisnis Hampers Lebaran Biar Laris Manis Cuan Gemuk
Dea Carissa Desmonda, Owner dari Carramica membagikan tips bisnis hampers di Hari Raya agar mendulang cuan gede.
IDXChannel - Bisnis hampers menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan Hari Raya Idul Fitri. Dibutuhkan ketelatenan dan kreativitas dalam pembuatannya agar hampers menjadi produk dengan daya jual yang unik dan bersaing.
Anda berniat mengambil peluang bisnis hampers? Simak tips bernisnis hampers yang mendulang cuan di Hari Raya.
Melalui Live Instagram, IDX Channel berbincang-bincang bersama Dea Carissa Desmonda, Owner dari Carramica yang menceritakan awal mula berbisnis hampers.
Dea memulai bisnisnya pada Mei 2020. Awalnya, bisnis yang Dea geluti adalah bisnis piring. Selama menjalani bisnis tersebut, ada kenaikan permintaan piring untuk dijadikan kado atau hampers. Mulai dari situ, Carramica berfokus pada bisnis hampers.
Dalam mengantisipasi lonjakan permintaan hampers selama Ramadan, Dea melakukan beberapa hal.
”Aku selalu melihat data peak season dari tahun-tahun lalu, jadi kita bisa maksimalin di mana. Akhirnya kita bisa maksimalin berapa stoknya,” tuturnya.
Pada Ramadan 2023, Dea sudah melakukan antisipasi berbulan-bulan sebelumnya. Dia sudah menyiapkan desain, packaging sejak November 2022.
Dalam menjalankan bisnisnya, Dea juga sangat memerhatikan konsep. Dia berusaha sebaik mungkin untuk mengikuti keinginan konsumen. Dea selalu mendengarkan masukan-masukan dari konsumen atau pelanggan dan berusaha mengakomodir keinginan mereka.
Mengenai perbedaan hampers dan parsel, Dea memiliki pandangannya sendiri.
”Sebenarnya sama saja ya, mungkin bedanya parsel itu biasanya lebih gampang dikirim-kirim ke luar kota karena biasanya masih masuk ukuran maksimal Pos. Sementara hampers gede-gede banget dan biasanya pengirimannya jauh lebih susah,” jelasnya.
Masalah penyebutan hampers dan parsel, menurut Dea, berbeda karena pandangan generasi saja. Generasi milenial lebih banyak menyebut hampers, sementara generasi boomers menyebutnya sebagai parsel.
Hampers sangat identik dengan packaging atau kemasan. Dalam bisnisnya, Dea menjelaskan, sejak awal dia melakukan progres terkait peningkatan packaging.
Pada awalnya, kemasan hampers bisnis Dea hanya dus diberi pita, tetapi persaingan membuat Dea memikirkan strategi membuat packaging yang lebih menarik.
”Setelah 2020 cuma pakai dus coklat, 2021-nya sudah mulai pakai hardbox. Cuma hardbox agak pricey, kita mulai cari-cari alternatif lain bagaimana cara biar cakep, biar kokoh, tapi enggak terlalu pricey ke customer. Di mulai saat Natal kemarin (2022), packaging Carramica menyesuaikan customer,” tuturnya.
Dalam menentukan kemasan yang menyesuaikan konsumen, Dea menyedikan katalog yang bisa menyesuaikan bujet konsumen.
Dalam kesempatan tersebut, Dea menceritakan pengalamannya selama tiga tahun berbisnis. Menjual hampers yang berisi piring yang rawan pecah, Dea memiliki pengalaman di mana barang yang dijualnya pecah. Pengalaman itu terjadi pada awal-awal bisnisnya. Menjelang tahun kedua dan ketiga, persentasi kejadiaan barang pecah sangat jarang terjadi.
Sebagai pebisnis, Dea juga dihadapkan dengan konsumen yang melakukan komplein terhadap produk bisnisnya. Sebagai owner, Dea memberikan pilihan terhadap konsumen melalui prosedur-prosedur.
“Yang pertamakali kita tawarin, yang pasti kita akan mengirim ulang yang baru. Tetapi kalau dia (konsumen) enggak mau, kita akan full refund,” ujarnya.
Agar bisnisnya dapat dijangkau seluas mungkin, Dea mengatur strategi pemasaran bisnisnya. Dia mengakui, mengatur pemasaran menjadi hal yang paling susah dilakukan.
Menurutnya, membuat konten sangat membantu untuk membuat customer membeli, tetapi membuat konten yang sesuai dengan selera bisnisnya adalah tantangan tersendiri.
“Walau sudah ada Facebook Ads, Instagram Ads, segala macam, kalau kualitas Adsnya enggak menarik, percuma saja. Kita sudah spend banyak, tetapi kontennya enggak hook, enggak bikin orang ingin beli. Tantangan terbesarnya dari situ, bikin konten yang bagus,” tuturnya.
Jika ingin memulai bisnis hampers, Dea membagikan informasi mengenai modal awal yang dikeluarkan. Dia menuturkan, pada awal bisnisnya, membutuhkan modal sebesar Rp15 juta. Dia juga menjelaskan terkait akumulasinya.
“Dua bulan awal, aku sudah ada agreement sama partner-ku kalau kita enggak akan bisa narik cuan untuk diri sendiri sampai kita punya cukup profit untuk memutar dananya untuk kemajuan Carramica,” jelasnya.
Jadi, selama dua bulan tersebut, Dea sepakat untuk tidak digaji dalam konteks Carramica berutang kepada Dea dan sang partner. Setelah dana sudah cukup, barulah Dea memberikan porsi gaji untuk dirinya sendiri.
Bagi para pebisnis pemula, Dea memberikan tips modal untuk memulai usaha hampers. Menurutnya, pada awal usaha, tidak diharuskan memiliki modal uang yang besar, asal modal skill dari diri besar.
Menurut Dea, dalam memulai bisnis, diusahakan tidak dengan meminjam uang. Tetapi harus memaksimalkan skill dalam diri sendiri dan partner bisnis.
Dea memberikan tips cara berpartner dalam berbisnis. Menurutnya, pertama-tama kita harus mengenali dengan baik watak dan karakter partner bisnis. Yang kedua, dari awal sudah menentukan pembagian saham bisnis. Ketiga, skil partner dan skil kita harus bisa saling melengkapi.
(Penulis: Prihandini N/Magang)
(FAY)