News

200 Negara Gagal Sepakati Pembatasan Penggunaan Plastik

Wahyu Dwi Anggoro 02/12/2024 13:28 WIB

Sekitar 200 negara gagal menyetujui perjanjian untuk mengatasi polusi plastik.

200 Negara Gagal Sepakati Pembatasan Penggunaan Plastik. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sekitar 200 negara gagal menyetujui perjanjian untuk mengatasi polusi plastik. Pertemuan terkait isu tersebut berakhir di Korea Selatan (Korsel) pada Senin (2/12/2024) tanpa kesepakatan.

Dilansir dari AFP, ratusan negara gagal menyetujui perjanjian yang mengikat secara hukum untuk mengatasi polusi plastik di seluruh siklus hidup material tersebut, termasuk produksi, penggunaan, dan pembuangan. 

Kesepakatan dihalangi sekelompok kecil negara, termasuk penghasil minyak bumi seperti Arab Saudi dan Rusia, yang menentang pembatasan ketat. Sejumlah negosiator lebih memilih untuk gagal mencapai kesepakatan daripada menyepakati perjanjian yang lemah.

“Kami tidak ingin perjanjian yang lemah,” kata Direktur Jenderal Otoritas Lingkungan Rwanda Juliet Kabera yang merupakan salah satu negosiator utama dalam pertemuan tersebut.

Mayoritas negara mendukung perjanjian yang mengikat secara hukum dan mendorong pembatasan produksi dan konsumsi, serta menghentikan penggunaan produk sekali pakai seperti peralatan makan.

Arab Saudi, Rusia, dan Iran menentang ketentuan yang dapat membatasi pertumbuhan minyak bumi di masa mendatang, Mereka berpendapat bahwa polusi plastik pada prinsipnya harus ditangani dengan meningkatkan pendanaan untuk daur ulang. Secara global, kurang dari 10 persen sampah plastik saat ini didaur ulang.

Beberapa negara penghasil minyak bumi mengandalkan peningkatan produksi plastik untuk mengimbangi pelemahan permintaan bahan bakar fosil di tengah semakin berkembangnya energi terbarukan. Porsi petrokimia dari total permintaan minyak dapat meningkat hampir dua kali lipat pada 2050.

"Sebagian besar negara mengakui bahayanya krisis polusi plastik dan sepakat tentang perlunya tindakan segera," kata Juliet.

Perundingan perjanjian pemberantasan polusi plastik dilakukan sejak 2022. Produksi plastik diperkirakan melonjak sekitar 60 persen menjadi 736 juta ton per tahun pada 2040

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa polusi plastik membahayakan ekosistem laut dan darat, serta beracun jika masuk ke tubuh manusia dalam jumlah besar. (Wahyu Dwi Anggoro)

SHARE