News

Asia Diserang Cuaca Panas Ekstrem Pekan Ini, Konsumsi Listrik Langsung Melonjak

Febrina Ratna 29/04/2023 00:01 WIB

Cuaca panas ekstrem berlangsung di Asia sepanjang pekan ini yang menyebabkan lonjakan konsumsi listrik di sejumlah negara.

Asia Diserang Cuaca Panas Ekstrem Pekan Ini, Konsumsi Listrik Langsung Melonjak. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Perubahan iklim akibat pemanasan global semakin nyata. Terbukti dari peristiwa cuaca panas ekstrem yang berlangsung di Asia sepanjang pekan ini.

Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Tiongkok dan juga Asia selatan telah mengalami cuaca panas yang tak berujung yang terjadi selama berminggu-minggu. Hal itu menyebabkan penutupan sekolah dan juga lonjakan penggunaan energi.

Namun, cuaca semakin panas hingga disebut heatwave  pada pekan ini. Pada Selasa (25/4/2023) lalu. empat stasiun cuaca yang ada di Myanmar mencapai rekor suhu panas bulanan, dengan Theinzayet yang berada di negara bagian Montimur yang mencapai suhu tertinggi sekitar 43C (109,4F).

Pada Rabu (26/4/2023), Bago yang berada di timur laut Yangon mencapai suhu 42,2C, hal tersebut sama dengan rekor sepanjang masa yang pada waktu lalu tercatat pada April 2019 dan Mei 2020. Hal tersebut berdasarkan laporan seorang ahli iklim dan sejarawan cuaca Maximiliano Herrera.

Maximiliano juga mengatakan “telah terjadi rekor cuaca panas yang tidak ada habisnya di Asia Tenggara yang terjadi berminggu-minggu yang terjadi setiap hari,” ujarnya dikutip dari the guardian, Kamis (27/4/2023).

Pada akhir pekan lalu di Thailand, pihak berwajib memberi saran untuk masyarakat Bangkok dan juga daerah lain di negara tersebut untuk tetap berada di dalam rumah supaya tidak jatuh sakit.

Pada hari Sabtu pekan lalu di ibu kota negara tersebut, suhu cuaca di sana mencapai 42C dan juga indeks panas, yang berarti suhu yang dirasakan dan dikombinasikan dengan kelembapan, bakal meningkat menjadi 54C.

Meski begitu, masih banyak orang yang menerjang cuaca panas dengan berlindung di bawah payung dan membawa kipas angin portabel supaya tetap sejuk atau juga mencari ketenangan di dalam mall-mall yang memiliki AC.

Sementara itu, beberapa daerah juga menyiramkan air dari gedung-gedung untuk dapat menurunkan suhu dan juga polusi udara yang berasal dari pembakaran lahan pertanian musiman.

Pihak berwajib Bangkok juga mengatakan mereka yakin musim panas ini sudah mencapai puncaknya. Cuaca panas juga sudah berkontribusi pada rekor konsumsi listrik di negara Thailand dengan mengonsumsi daya lebih dari 39.000 megawatt yang terjadi pada tanggal 6 April 2023. Hal ini merupakan lebih tinggi dari rekor sebelumnya yaitu sekitar 32.000 megawatt pada April tahun lalu.

Bagi negara Filipina, mengelola panas merupakan tantangan tersendiri karena perubahan kalender sekolah mengalami pergesaran selama pandemi. Hal itu mengakibatkan para siswa menghabiskan bulan-bulan yang panas dalam setahun di dalam kelas.

Dengan adanya heatwave, ratusan sekolah juga sudah beralih metode pembelajaran jarak jauh supaya mencegah para siswa tersebut jatuh sakit. Adapula sekelompok guru yang memberi saran jika jam pelajaran di kurangi dan juga jumlah siswa di dalam kelas di kurangi lebih kecil supaya dapat meringankan kondisi yang ada.

Sejauh ini, Lebih dari 100 siswa dirawat di rumah sakit yang berada di Laguna, tenggara Manila yang terjadi pada bulan lalu. Hal tersebut disebabkan oleh Latihan kebakaran ketika suhu-suhu udara mencapai 39C sampai 42C yang mengakibatkan siswa menjadi dehidrasi.

Potensi Suhu Panas Makin Tinggi

Secara global pada 2022 tercatat sebagai salah satu tahun terpanas yang pernah ada, dan juga delapan tahun terakhir secara kolektif sebagai tahun terpanas yang pernah di dokumentasikan oleh ilmu pengetahuan modern dan diyakini kembalinya fenomena cuaca El Nino pada tahun ini akan mengakibatkan suhu semakin tinggi.

Bangladesh sendiri juga mengalami kenaikan suhu di atas 40C di Dhaka, yang terjadi pada awal bulan ini dan menandakan hari terpanas yang terjadi dalam 58 tahun terakhir dan menyebabkan mencairnya permukaan jalan.

International Centre for Integrated Mountain Development (Icimod), yang merupakan sebuah kelompok antar pemerintah yang telah memberikan suara keprihatinan khusus mengenai dampak pemanasan global.

”Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menjadi penyebab utama terjadinya peningkatan jumlah keganasan gelombang panas yang kita lihat di seluruh Asia. Hal ini menandakan bahwa wilayah ini sudah berada di dalam kondisi darurat iklim,” ucap Sharma yang menyuarakan pengurangan emisi yang lebih cepat dan peningkatan investasi supaya dapat membantu melindungi wilayah-wilayah yang sudah beradaptasi dengan hal tersebut.

Penulis: Arianto Haryono

(FRI)

SHARE