News

Atasi Polusi Udara, Heru Budi: Perbanyak Tanam Pohon dan Kendaraan Listrik

Danandaya Arya Putra 11/08/2023 19:15 WIB

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengambil langkah dengan menanam pohon dan menambah kendaraan listrik guna menekan polusi udara.

Atasi Polusi Udara, Heru Budi: Perbanyak Tanam Pohon dan Kendaraan Listrik. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengambil langkah dengan menanam pohon dan menambah kendaraan listrik guna menekan polusi udara. Tahun ini pihaknya telah menambah 100 kendaraan listrik bus Transjakarta.

"Ya sekali lagi kita sama-sama untuk menghijaukan Jakarta selalu menanam pohon. Berikutnya untuk jangka panjang itu pembangunan transportasi. Bus kita (Transjakarta) tahun ini 100 kita tambah berbasis baterai," ucap Heru di Jakarta, Jum'at (11/8/2023).

Ia berharap dengan adanya penambahan bus Transjakarta masyarakat bisa beralih menggunakan transportasi umum. Namun, dirinya tidak mau memberlakukan aturan pembatasan penggunaan transportasi pribadi. Sebab, masyarakat tetap memiliki mobilitas yang berbeda-beda.

"Ya enggak bisa dibatasi (menggunakan kendaraan pribadi) kan mereka memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Ya pribadi masing-masing saling memahami, menyadari bahwa pencemaran udara Jakarta tidak bisa dibebankan kepada Pemerintah Provinsi DKI semata. Ya harus semuanya," katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro menjelaskan, kualitas udara buruk yang terjadi di Jakarta merupakan pengaruh udara dari timur Indonesia yang bersifat kering. Peningkatan polusi memang biasa terjadi pada Juni hingga Agustus setiap tahunnya.

"Jadi kalau dari segi siklus memang bulan Juni, Juli, dan Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering," ujar Sigit di Ruang Rapat Kalpataru, Gedung B KLHK, Jakarta Timur, Jumat (11/8/2023). 

Sigit merinci penyebab dari tercemarnya kualitas udara itu berdasarkan aktivitas ekonomi yang menggunakan bahan bakar baik dari masyarakat maupun industri. Dia menyebut rincian tersebut berdasarkan hasil kajian inventarisasi industri pencemar udara di DKI Jakarta sejak tahun 2020. 

"Jadi kalau dari segi bahan bakar yang digunakan di DKI Jakarta itu sumber emisi, dari batu bara 0,42 persen, dari minyak itu 49 persen, dan dari gas itu 51 persen. Kalau dilihat dari sektor-sektornya maka transportasi itu 44 persen, industri 31 persen, industri energi manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen, dan komersial 1 persen," ucap Sigit. 

Dia pun mengungkapkan, adanya pengaruh gas emisi terhadap kualitas udara yang berasal dari pembuangan manufaktur Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menghasilkan gas Co2 (karbondioksida). 

"Ini lebih didetailkan lagi oleh kajian tersebut bahwa kalau Co2 memang berasal dari PLTU manufacturing. Jadi manufacturing, pembangkit tenaga listrik dari industri manufacturing 61,96 persen," ujar Sigit.

"Kalau yang lainnya PM 10, PM 2,5, karbon, dan kemudian organik karbon itu sebagian besar disebabkan oleh kendaraan bermotor," kata Sigit. 

Dia pun menyinggung program pemerintah yang menggalakkan penggunaan kendaraan listrik sebagai upaya mengurangi gas emiten yang mencemari kualitas udara di ibu kota.

"Dari rekomendasi kita, kita semua, tidak hanya pemerintah, lebih menggunakan kendaraan listrik kemudian pengecatan standar emisi untuk transportasi umum itu menggunakan Euro 4, pengadaan bus listrik untuk Transjakarta, uji emisi secara berkala, kemudian kita semua harus mulai tidak menggunakan kendaraan pribadi tapi menggunakan kendaraan umum," tutur Sigit.

(YNA)

SHARE