News

BMKG Sebut Gempa Besar di Zona Megathrust Berproses, Diawali Skala Kecil

Binti Mufarida 20/08/2024 18:49 WIB

BMKG menyebut gempa besar yang bisa memicu tsunami di zona megathrust tidak dapat diprediksi secara pasti kapan akan terjadi.

BMKG menyebut gempa besar yang bisa memicu tsunami di zona megathrust tidak dapat diprediksi secara pasti kapan akan terjadi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, gempa besar yang bisa memicu tsunami di zona megathrust tidak dapat diprediksi secara pasti kapan akan terjadi. Namun, gempa besar di antara dua lempeng tektonik di kedalaman kurang dari 50 km itu berproses.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan di Indonesia, ada 13 zona megathrust yang berpotensi memicu gempa besar yang merusak hingga menyebabkan tsunami ke daratan. Dia menyebut, BMKG terus memonitor zona megathrust tersebut, terutama gempa-gempa kecil.

“Jadi gempa-gempa yang kami catat di megathrust itu ada yang gempanya itu juga kecil-kecil. Tapi di zona megathrust. Nah itu yang harus dimonitor, kami BMKG memonitor gempa yang kecil-kecil ini kita bisa melihat trennya akankah semakin menguat,” kata Dwikorita dalam Webinar Waspada Gempa Megathrust, Selasa (20/8/2024).

Menurut Dwikorita, gempa yang terjadi di zona megathrust tidak langsung tiba-tiba dengan kekuatan besar, melainkan berproses dari gempa skala kecil. Jika gempa skala kecil ini terjadi dalam intensitas yang cukup sering, maka harus diwaspadai.

“Jadi biasanya tidak langsung ujuk-ujuk, jeder (besar) gitu enggak. Jadi ada awal-awal ya, tapi tidak langsung lompat. Nah, di skala yang kecil-kecil ini semakin sering, semakin meningkat, kita harus segera siaga," katanya.

Dwikorita mengatakan, dari 13 zona megathrust di Indonesia, ada dua zona yang belum melepaskan energi besar dalam dua abad terakhir, yakni Megathrust Selat Sunda-Banten dengan potensi M8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi M8,9. 

“Kebetulan di antara segmen-segmen megathrust yang 13 itu, ada dua segmen yang seharusnya sudah saatnya, periode ulangnya bergerak, sudah 200 tahun lebih. Yang lain sudah lepas menjadi gempa. Nah ini ada banyak segmen. Segmen yang 11 ini sudah lepas. Dengan magnitudo beragam. Nah, ini yang ditonjolkan adalah magnitudo yang tinggi. Yang kecil-kecil itu enggak dibahas. Yang tinggi M8,4, M8,7, M8,5, sudah lepas. Nah, yang belum itu adalah segmen nomor 7 (Megathrust Selat Sunda-Banten) dan segmen nomor 4 (Megathrust Mentawai-Siberut),” tuturnya.

Kendati demikian, kata Dwikorita, hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan gempa akan terjadi, termasuk di zona megathrust. BMKG, kata dia, telah menginisiasi Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami di Indonesia untuk memperdalam pengetahuan terkait hal tersebut.

“Menurut para pakar, gempa di Indonesia itu banyak. Makanya kami juga membentuk Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami nasional. BMKG sangat membutuhkan konsorsium itu karena di situlah sumber ilmu dan ilmunya sangat dibutuhkan untuk pengembangan inovasi teknologi yang ada di BMKG," ujar Dwikorita.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE