News

Dampak Pemanasan Global, Ridwan Kamil Sebut 700 Ha Tanah Terendam Air Laut

Arif Budianto/Kontributor 18/10/2022 15:30 WIB

Ridwan Kamil menyebutkan, sekitar 700 hektare lahan di Jawa Barat terendam air laut imbas pemanasan global yang terus terjadi di muka bumi. 

Ridwan Kamil menyebutkan, sekitar 700 hektare lahan di Jawa Barat terendam air laut imbas pemanasan global yang terus terjadi di muka bumi. 

IDXChannel - Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) Ridwan Kamil menyebutkan, sekitar 700 hektare lahan di Jawa Barat terendam air laut imbas pemanasan global yang terus terjadi di muka bumi. 

"Pemanasan global itu nyata di depan mata. Ada lahan sekitar 700 hektare hilang terendam air laut. Mereka punya sertifikatnya, tapi tanahnya sudah enggak ada," kata Ridwan Kamil yang juga Gubernur Jabar pada pembukaan acara Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) di Hotel Pullman, Kota Bandung, Selasa (18/10/2022). 

Menurut dia, ratusan hektare lahan yang terendam air laut terjadi di utara Jawa Barat, dari Muara Gembong, Bekasi sampai Subang dan Indramayu. Terendamnya lahan tersebut diakibatkan debit air laut yang terus naik akibatnya banyaknya es yang terus meleleh dan curah hujan yang tinggi. 

"Makanya beberapa daerah di pinggir pantai kami lakukan penanaman pohon mangrove, " kata dia. 

Emil juga mendorong dilakukannya transisi energi dari energi yang menyebabkan pemanasan global menjadi energi ramah lingkungan. Terlebih, Indonesia juga menyongsong net zero carbon pada 2026 melalui upaya transisi energi. 

"Transisi energi harus mulai pelan pelan dilakukan diganti menggunakan energi terbarukan. Saya senang, teknologi sekarang semakin baik mendorong ramah lingkungan seperti kendaraan listrik," imbuh dia. 

Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, isu transisi energi termasuk di Indonesia terus bergulir. Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon yang telah sangat berpengaruh pada industri migas. Komitmen global pada prioritas pelaku bisnis menengah dan panjang ini terlihat dari kebijakan perusahaan minyak besar yang mulai fokus pada pengurangan karbon di mana investasi energi terbarukan makin baik.

"Ini meningkatkan persaingan untuk investasi yang lebih baik. Di sisi lain ada tren permintaan migas khususnya gad dalam jangka pendek. Eropa butuh ini akibat krisis Rusia dan Ukraina, dan dampak panjang pada transisi energi dan kebutuhan masyarakat bukan hanya di Indonesia. Itu dapat mendorong peran penting Indonesia dalam penghasil gas dan eksportir," beber dia. 

(NDA) 

SHARE