Emisi Kendaraan dan PLTU Jadi Biang Kerok Polusi Udara, Begini Penjelasan Ahli
Polusi udara di Jabodetabek menjadi sorotan pemerintah dan meresahkan masyarakat. Sebab, semua golongan dan usia bisa merasakan dampak dari polusi tersebut.
IDXChannel - Polusi udara di Jabodetabek menjadi sorotan pemerintah dan meresahkan masyarakat. Sebab, semua golongan dan usia bisa merasakan dampak dari polusi tersebut.
Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya, sempat menjelaskan penyebab polusi udara di Jabodetabek, yaitu emisi kendaraan dan PLTU.
Dengan kendaraan yang menyumbang sebanyak 44% dan PLTU sebanyak 34%. Sementara itu, Ahli Kesehatan Prof Zubairi, mengatakan paparan polusi udara telah berkontribusi menyebabkan 4,2 juta kematian berdasarkan data pada 2020.
Secara rinci, sebanyak 80% (3,3 juta) di antaranya emisi yang berasal dari aktivitas manusia, dan 35 % (1,2 juta) disebabkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Bahkan, di Australia sebanyak lebih dari 2 juta warganya telah terpapar polutan beracun dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Tentu saja hal itu sangat disayangkan karena dengan penyebab terpaparnya polutan angka penyakit terhadap anak-anak seperti asma, penyakit jantung, paru-paru dan beberapa jenis kanker menjadi meningkat.
Dengan kondisi tersebut, dia mendorong agar polusi udara harus segera diatasi. Jika tidak dikendalikan dengan cepat, dia mengatakan hal itu akan membuat kualitas udara semakin buruk.
“Pemanfaatan sumber energi yang lebih ramah lingkungan harus segera dijalankan, mengingat bahayanya untuk kesehatan,” tulis Zubairi, dikutip dalam akun X-nya, Rabu (30/8/2023).
Perlu diingat, polusi udara tidak hanya menyerang sistem pernapasan, tetapi juga bisa mengakibatkan stroke, serangan jantung, penurunan berat badan janin, melahirkan prematur, pengentalan darah, hingga penurunan fungsi sistem syaraf pusat.
Selain itu, asap pekat berwarna hitam yang sering muncul dari PLTU, juga dapat membuat warga lain ikut merasakan suhunya terasa lebih panas dari sebelumnya.
“Dari situ kita bisa lihat dampaknya sudah dirasakan nyata oleh warga. Oleh karena itu mengganti bahan bakar fosil amat perlu dilakukan,” kata dia.
Berbagai alternatif itu, dapat dilakukan yaitu untuk meminimalisir kegiatan yang menghasilkan polusi, memanfaatkan sumber energi sinar matahari, angin, serta arus laut, yang harus makin dikembangkan sehingga membutuhkan dukungan dari berbagai sektor.
Tidak lupa Zubairi mengingatkan kepada masyarakat agar tetap menjaga kesehatan tubuhnya dan tetap memakai masker serta memanfaatkan transportasi publik sebagai upaya membantu pemerintah dalam memberantas polusi udara yang kini semakin memburuk di beberapa kota Indonesia.
(FRI)