News

Jumlah BUMN Diprediksi Makin Menyusut di Era Prabowo, Kenapa?

Suparjo Ramalan 17/10/2024 17:40 WIB

Perampingan jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diperkirakan terus berlanjut pada masa pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto.

Presiden terpilih Prabowo Subianto. (Foto: IDXChannel/Arsip)

IDXChannel – Perampingan jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diperkirakan terus berlanjut pada masa pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto. Otoritas terkait diyakini bakal melikuidasi perseroan yang dianggap sudah “sakit-sakitan”.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, menilai pendirian holding BUMN masih menjadi prioritas pemerintah ke depan. Dengan begitu, perusahaan yang tidak efektif secara bisnis dan keuangan akan dibubarkan.

Tauhid meyakini proses konsolidasi organisasi, modal, keuangan, termasuk konsolidasi bisnis BUMN makin masif dilakukan oleh pemerintahan baru. 

“Saya kira kan tergantung, kalau kita lihat dari sisi penguatan struktur BUMN menjadi holding besar, saya kira memang akan ada efek positif, ada konsolidasi organisasi, konsolidasi modal, konsolidasi keuangan, termasuk konsolidasi bisnis,” ujar Tauhid Ahmad, Kamis (17/10/2024).

Dia berpendapat, pendirian holding membutuhkan waktu lantaran perusahaan yang dikonsolidasikan memiliki tingkat kesehatan keuangan yang berbeda-beda. Sebut saja perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur atau karya.

Dalam rencana awal, Kementerian BUMN hendak melebur PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero) atau HK, PT Nindya Karya (Persero), PT Brantas Abipraya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PTPP.

Dalam skemanya, Waskita Karya akan dilebur ke Hutama Karya, Nindya Karya dan Brantas Abipraya dilebur ke Adhi Karya, lalu Wijaya Karya atau WIKA akan dilebur ke PTPP. Dari tujuh perusahaan dikonsolidasi menjadi tiga perseroan saja.

Tauhid mencatat, hasil atau keberhasilan pendirian holding tidak dapat dilihat untuk jangka pendek, melainkan jangka menengah dan panjang.  “Saya kira tujuannya ke sana ya. Tentu saja ini sifatnya baru bisa berhasil, enggak cepat nih, jangka menengah, panjang, maka untuk adjustment, kesesuaian misalnya di infrastruktur,” kata dia. 

“Untuk menggabungkan BUMN-BUMN yang ada yang sakit, ada yang untung, atau ada yang ini, itu kan enggak mudah, apalagi ini menjadi satu, semua dalam satu modal pendekatan seperti itu,” ucapnya.

(Ahmad Islamy Jamil)

SHARE