News

Kemenko PM Sebut Dialog dengan Masyarakat Rumuskan Kebijakan Ekonomi

Kunthi Fahmar Sandy 01/10/2025 18:55 WIB

Kemenko PM menjadikan dialog terbuka dan berkelanjutan dengan masyarakat sebagai fondasi utama dalam merumuskan kebijakan ekonomi kerakyatan.

Kemenko PM Sebut Dialog dengan Masyarakat Rumuskan Kebijakan Ekonomi (FOTO:Dok Kemenko PM)

IDXChannel - Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) menjadikan dialog terbuka dan berkelanjutan dengan masyarakat sebagai fondasi utama dalam merumuskan kebijakan ekonomi kerakyatan. 

Deputi Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Pelindungan Pekerja Migran Kemenko PM, Leontinus Alpha Edison, menegaskan kebijakan yang efektif hanya bisa lahir dari pemahaman mendalam atas aspirasi dan tantangan nyata yang dihadapi masyarakat di lapangan.

Hal ini disampaikannya setelah kegiatan Berdaya Bersama Kupang di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan mempertemukan Kemenko PM dengan ratusan pelaku ekonomi kreatif, gig workers, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta tokoh komunitas dan lintas agama Rabu (1/10/2205).

Dia menyebut, Pemerintah sebagai penyelenggara negara tidak bisa merumuskan kebijakan dari menara gading. "Kami di Kemenko PM percaya bahwa kebijakan yang efektif lahir dari percakapan yang tulus dan terbuka dengan masyarakat,” ujar Leontinus dalam keterangan pers Rabu (1/10/2025).

Leontinus menjadikan acara di Kupang sebagai contoh nyata bagaimana dialog menjadi jembatan antara pemerintah dan warga. Kegiatan yang melibatkan lebih dari seribu peserta dari berbagai latar belakang tersebut, menurutnya, adalah manifestasi komitmen pemerintah untuk tidak hanya berbicara kepada masyarakat, tetapi berbicara bersama masyarakat.

“Dari dialog di Kupang, kami mendapatkan masukan langsung mengenai tantangan yang dihadapi gig workers dan pelaku ekonomi kreatif, seperti kebutuhan akan kejelasan status kerja, akses terhadap perlindungan sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan, hingga standarisasi keterampilan agar bisa bersaing di pasar global,” kata dia. Masukan-masukan inilah yang menurutnya memperkaya proses perumusan regulasi dan program pemerintah agar lebih tepat sasaran.

Ia menambahkan, pendekatan dialogis memastikan bahwa program pemerintah tidak bersifat top-down, melainkan kolaboratif dan partisipatif. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan sejak awal, potensi keberhasilan program menjadi lebih tinggi karena adanya rasa kepemilikan bersama dari masyarakat. Model dialog partisipatif ini sudah lebih dulu diuji coba di Palembang, Yogyakarta, dan Bandung.

"Model dialog seperti di Kupang ini akan terus kami perkuat di berbagai daerah. Sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan komunitas lokal adalah cetak biru untuk pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan,” katanya.

Sebagai informasi, kontribusi sektor ekonomi kreatif di NTT semakin nyata. Perhitungan terakhir menunjukkan nilai tambah ekonomi kreatif tahun 2024 mencapai Rp934,7 miliar, dengan jumlah pelaku kreatif terdaftar sekitar 10.803 orang. 

Sementara itu, jumlah UMKM di NTT per Agustus 2025 tercatat 366.473 unit, mayoritas usaha mikro. Dari total tersebut, subsektor kriya/tenun dan kerajinan mendominasi dengan sekitar 71,9 persen atau 7.769 pelaku, disusul kuliner 22,1 persen (2.389 pelaku), dan fesyen 2,8 persen (305 pelaku).

Rangkaian Berdaya Bersama Kupang diawali dengan workshop kewirausahaan yang diikuti ratusan peserta dari kalangan pelaku UMKM, pekerja kreatif, dan freelancer digital. 

Workshop ini dibuka dengan menghadirkan sesi pengenalan ekosistem bisnis kreatif yang berkelanjutan. Setelah itu, peserta diajak mendengar kisah inspiratif dari Local Champion NTT yang berbagi pengalaman tentang keberlanjutan usaha berbasis inovasi lokal

(kunthi fahmar sandy)

SHARE