KLB Difteri di Garut Karena Imunisasi Rendah, Ini Solusi dari Petinggi WHO
KLB difteri di Kabupaten Garut menjadi sorotan mantan petinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Salah satunya terkait imunisasi yang rendah.
IDXChannel - Kejadian luar bisa (KLB) difteri di Kabupaten Garut menjadi sorotan mantan petinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebab, tujuh warga Desa Sukahurip, Pangatikan, Kabupaten Garut meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Mantan petinggi Badan Kesehatan Dunia (WHO) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan KLB difteri di Kabupaten Garut bisa terjadi akibat rendahnya cakupan imunisasi.
"Polio, campak, dan difteri termasuk dalam kelompok penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), karena itu jelas terjadinya KLB akibat cakupan imunisasi yang rendah pada penduduk," kata Prof Tjandra melalui pesan singkat, Kamis (23/2/2023).
Rendahnya cakupan vaksinasi, lanjut Prof Tjandra, ada kaitannya dengan pandemi Covid-19. Menurut dia, pandemi Covid-19 banyak program pemerintah yang terlantar, salah satunya adalah imunisasi, sesuatu yang harusnya tidak terjadi.
"Ketika masih bertugas sebagai Direktur Penyakit Menular di WHO Asia Tenggara, pada pertengahan 2020 yang lalu kami sudah mengingatkan negara-negara agar tetap menjaga cakupan imunisasi di masyarakat dan juga tetap melaksanakan pelayanan kesehatan esensial lainnya," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.
Salah satu faktor risiko terbesar yang menyebabkan KLB difteri di Kabupaten Garut merupakan rendahnya imunisasi di masyarakat, pemerintah diminta untuk segera meningkatkan secara maksimal program imunisasi rutin, khususnya pada bayi dan anak.
Selain itu, melakukan upaya penanganan KLB secara masif. Diharapkan hal tersebut mencegah kasus KLB tidak terjadi daerah-daerah lain.
"Agar cakupan vaksinasi tinggi, pemerintah harus meningkatkan tiga hal, pertama tenaga kesehatan terampil, vaksin dan alat-alatnya seperti cold chain dan lainnya, serta berupaya terus menerus mengatasi kelompok masyarakat yang menolak divaksin," katanya.
(FRI)