Menkes Ajak Pemerintah Negara G20 Percepat Penyediaan Vaksin TBC Terbaru
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan urgensi penyediaan vaksin Tuberkulosis (TBC) terbaru.
IDXChannel – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan urgensi penyediaan vaksin Tuberkulosis (TBC) terbaru. Adapun saat ini, vaksin TBC yang tersedia adalah Bacillus Calmette-Guerin (BCG) untuk memberikan perlindungan parsial dan mencegah TBC berat pada bayi dan anak. Namun, tidak cukup untuk melindungi anak dan dewasa dari TBC.
Menurutnya, dengan adanya vaksin TBC baru dapat menjadi solusi perlindungan yang ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat.
Untuk itu, Budi Gunadi yang sebagai board member dari negara yang terdampak TBC juga menyampaikan gagasannya untuk meyakinkan seluruh anggota negara G20 agar melakukan investasi memadai, sehingga vaksin TBC baru dapat tersedia dalam tiga tahun mendatang.
"Apabila eliminasi TBC ingin dicapai pada 2030, kita hanya memiliki tiga tahun untuk mengembangkan vaksin TBC, agar dapat mulai digunakan di 2028. Pengembangan vaksin harus dilakukan secara fokus," ujar Budi melalui keterangan tertulis, Sabtu (10/2/2024).
Tidak hanya itu, dalam pengembangan vaksin TBC yang efektif untuk semua kalangan usia, diperlukan pencapaian 90 persen penurunan insiden dan 95 persen penurunan kematian akibat TBC. Oleh karena itu, vaksin TBC juga berpotensi untuk menahan penyebaran TBC resistensi obat.
Budi menuturkan sejauh ini Indonesia cukup aktif berkontribusi dalam uji klinis kandidat vaksin TBC dengan melakukan tiga pengujian, yaitu :
1. Pertama, pengembangan vaksin Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF) yang sebelumnya telah dilakukan penelitian epidemiologi di Indonesia, yang mengungkapkan lebih dari 30 persen populasi sampel dalam penelitian ini mungkin telah terinfeksi TBC.
2. Kedua, vaksin yang dikembangkan melalui kerja sama perusahaan farmasi asal Cina, CanSinoBio, dan perusahaan biofarmasi asal Indonesia, Etana. Pengembangan vaksin ini menggunakan vektor virus dan sedang uji klinis fase pertama.
3. Ketiga, pengembangan vaksin yang dikembangkan perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dan perusahaan farmasi asal Indonesia, Biofarma.
Pengembangan vaksin ini menggunakan teknologi mRNA dan saat ini sedang penjajakan untuk lokasi uji klinis fase 2 di Indonesia.
"Saya percaya dengan investasi ini kita tidak hanya akan menyelamatkan nyawa, namun juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang," ucap Budi.
(NIA)