Produksi Magma Gunung Semeru Tercatat Meningkat Sejak Oktober 2022
(PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan suplai magma Gunung Semeru meningkat sejak bulan Oktober 2022.
IDXChannel - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan suplai magma Gunung Semeru meningkat sejak Oktober 2022.
“Catatan kegempaan yang telah kami susun dalam satu tahun ke belakang dimulai dari Januari, disini kita bisa melihat bahwa ada kecenderungan suplai magma yang bertambah dimulai pada bulan awal Oktober, awal Oktober. Itu ada suplai yang cukup signifikan kemudian tetapi aktivitas di permukaan bumi seperti erupsi, hembusan, dan aktivitas awan panas guguran itu konstan,” ungkap Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada saat Konferensi Pers Badan Geologi: Perkembangan Aktivitas Semeru, Rabu (7/12/2022).
Peningkatan ini, kata Oktory sejalan dengan adanya rata-rata erupsi yang cukup tinggi hingga bulan Desember ini.
“Jadi disini kita bisa tarik kesimpulan bahwa ini mempunyai eruption rate (rata-rata erupsi) yang cukup tinggi dengan suplai yang terjadi dalam waktu singkat tapi aktivitas-aktivitas berupa output magma itu konstan. Meskipun suplainya naik ataupun turun," jelas dia.
“Selanjutnya mengapa kita pada saat ini menetapkan Gunung Semeru masih pada level IV atau awas,” kata Oktory.
Oktory pun mengatakan dengan data kegempaan yang tinggi ini juga ada fakta yang menarik ketika jumlah suplai magma bulan Oktober yang ditunjang oleh data deformasi yang berupa inflasi pada bulan Oktober.
“Jadi datanya saling mendukung, kegempaan terutama dengan suplai magma dengan data deformasi jadi berkesinambungan sehingga dalam beberapa bulan terakhir kita juga bisa memutuskan atau berkoordinasi dengan BPBD dan masyarakat di sekitar lebih intensif dalam beberapa bulan terakhir,” paparnya.
Meski begitu, Oktory mengatakan jika material pijar Gunung Semeru sudah mulai berkurang.
“Kemudian, sesungguhnya adalah kondisi termal, anomali termal yang pada 4 Desember terjadi anomali panas sebesar 15 MW dan kemudian tanggal 7 itu turun ke 3 MW, ini menunjukkan adanya berkurangnya material pijar di sekitar permukaan kawah yang diakibatkan adanya erupsi setiap hari," kata dia.
“Disini ada faktor anomali kadar SO2 di udara ternyata terjadi lebih banyak tanggal 2 Desember 2022 sebesar 1,78% dan itulah mengapa kami pada tanggal 1 dan 2 itu melakukan press rilis dua hari berturut-turut karena anomalinya muncul ketika tanggal 2. Jadi ini bagus buat kami semua untuk lebih siap untuk mempersiapkan mitigasi terutama potensi awan panas guguran yang terjadi kapan saja, dan ternyata terjadi pada 4 Desember,” ungkap Oktory.
(SLF)