News

Rekor Terburuk, Populasi Orang Jepang Turun 861 Ribu Jiwa pada 2023

Wahyu Dwi Anggoro 25/07/2024 11:30 WIB

Jumlah warga negara Jepang mengalami penurunan tercepat sepanjang sejarah pada 2023. Jumlahnya berkurang 861 ribu orang menjadi 121,6 juta jiwa.

Rekor Terburuk, Populasi Orang Jepang Turun 861 Ribu Jiwa pada 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Jumlah warga negara Jepang mengalami penurunan tercepat sepanjang sejarah pada 2023. Jumlahnya berkurang 861 ribu orang menjadi 121,6 juta jiwa.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (25/7/2024), ini merupakan penurunan yang ke-15 kalinya secara berturut-turut.

Di sisi lain, jumlah warga negara asing di Jepang meningkat 11 persen tahun lalu, menembus tiga juta jiwa untuk pertama kalinya.

Namun, kenaikan jumlah warga negara asing tidak cukup untuk mengatasi krisis populasi Jepang. Jumlah penduduk secara keseluruhan menyusut 0,4 persen.

Berkurangnya populasi orang Jepang menimbulkan berbagai tantangan bagi negara ini, termasuk kekurangan tenaga kerja. 

Meskipun tingkat pengangguran di negara ini secara konsisten berada di bawah tiga persen, yang merupakan tingkat terendah di antara negara-negara maju, banyak dunia usaha yang menghadapi krisis umber daya manusia yang parah. 

Terdapat hampir tiga lowongan untuk setiap pekerja yang mencari pekerjaan di bidang jasa, sementara kekurangan tenaga kerja di sektor konstruksi semakin buruk.

Terdapat rekor 260 perusahaan bangkrut pada 2023 karena mereka tidak dapat memperoleh cukup pekerja untuk mempertahankan operasi mereka, menurut laporan Teikoku Databank.

Kekhawatiran lainnya adalah tekanan terhadap sistem jaminan sosial di negara ini, dengan semakin sedikitnya pembayar pajak untuk mendukung bertambahnya jumlah lansia. Pendapatan pajak dan premi asuransi Jepang diproyeksikan turun sekitar 10 persen pada 2040.

Untuk meningkatkan angka kelahiran yang menurun di negara tersebut, Perdana Menteri Fumio Kishida berjanji untuk meningkatkan tunjangan anak ke tingkat yang setara dengan Swedia, yakni sekitar tiga persen dari produk domestik bruto (PDB). (Wahyu Dwi Anggoro)

SHARE