News

Trump Sebut AS Akan Lanjutkan Uji Coba Senjata Nuklir

Kunthi Fahmar Sandy 30/10/2025 20:39 WIB

Pemimpin AS tersebut telah memberikan lampu hijau kepada sekutunya, Korea Selatan, untuk membangun kapal selam bertenaga nuklirnya sendiri.

Trump Sebut AS Akan Lanjutkan Uji Coba Senjata Nuklir (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memerintahkan Departemen Pertahanan untuk segera melanjutkan uji coba senjata nuklir atas dasar kesetaraan dengan negara-negara bersenjata nuklir lainnya.

Dilansir dari laman Al Jazeera Kamis (30/10/2025), pemimpin AS tersebut telah memberikan lampu hijau kepada sekutunya, Korea Selatan, untuk membangun kapal selam bertenaga nuklirnya sendiri setelah negosiasi perdagangan yang sukses dengan mitranya dari Korea Selatan, Lee Jae Myung.

Menulis di platform Truth Social-nya sesaat sebelum pertemuan puncaknya dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di kota Busan, Korea Selatan, Trump mengatakan bahwa meskipun AS memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain, China akan menyamakannya dalam 5 tahun.

Trump juga memerintahkan dimulainya kembali program tersebut karena program uji coba [nuklir] negara lain. "Saya telah menginstruksikan Departemen Perang [Departemen Pertahanan] untuk mulai menguji senjata nuklir kami secara setara. Proses itu akan segera dimulai," kata Trump.

Namun, tak jelas apakah yang dimaksud Trump adalah uji terbang rudal berkemampuan nuklir atau uji coba peledak nuklir, yang akan dilakukan oleh Badan Keselamatan Nuklir Nasional.

Sebelumnya, China telah dengan cepat memperluas stok hulu ledak nuklirnya menjadi sekitar 600 dalam beberapa tahun terakhir, menambahkan sekitar 100 per tahun sejak 2023, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm. 

Pentagon memperkirakan bahwa Beijing akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir operasional pada tahun 2030.

Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi (CACNP) memperkirakan bahwa Rusia saat ini memiliki 5.459 hulu ledak nuklir, dengan 1.600 di antaranya aktif dikerahkan.

AS memiliki sekitar 5.550 hulu ledak nuklir, menurut CACNP, dengan sekitar 3.800 di antaranya aktif. Pada puncaknya di pertengahan 1960-an selama Perang Dingin, stok AS terdiri dari lebih dari 31.000 hulu ledak nuklir aktif dan tidak aktif.

Mantan Presiden AS dari Partai Republik, George HW Bush mengeluarkan moratorium uji coba senjata nuklir setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. AS terakhir kali meledakkan perangkat nuklir pada tahun 1992. Hanya tiga negara yang telah meledakkan perangkat nuklir sejak tahun 1996, tahun dibukanya Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif untuk penandatanganan – India pada tahun 1998, dan Pakistan dua kali pada tahun 1998, dan Korea Utara pada lima kesempatan.

Trump juga telah menyetujui dukungan AS bagi Korea Selatan untuk membangun kapal selam bertenaga nuklirnya sendiri.

Menurutnya langkah tersebut akan menggantikan kapal selam diesel milik Korea Selatan yang kuno dan jauh kurang lincah. Kapal selam tersebut akan dibangun di Philadelphia, Pennsylvania, tempat perusahaan Korea Selatan, Hanwha, mengelola galangan kapal.

Langkah dramatis ini akan memasukkan Seoul ke dalam kelompok kecil negara-negara yang memiliki kapal selam semacam itu, yaitu AS, China, Rusia, Inggris, Prancis, dan India.

Dalam pertemuan mereka pada hari Rabu, Lee mendesak Trump untuk merevisi perjanjian energi nuklir kedua negara agar Seoul memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam pemrosesan ulang bahan bakar nuklir bekas dan pengayaan uranium.

Pakta yang telah lama berlaku tersebut membatasi Seoul untuk memperkaya uranium hingga tingkat di bawah 20 persen, dan dilarang memproses ulang bahan bakar nuklir bekas tanpa persetujuan AS.

Lee mengatakan bahwa merevisi pembatasan ini akan memungkinkan Korea Selatan memiliki pasokan bahan bakar untuk kapal selam bertenaga nuklir. Yang terpenting, ia menekankan bahwa pemerintahnya sedang mencari bahan bakar nuklir, bukan senjata. 

“Jika pasokan bahan bakar diizinkan, kami dapat membangun beberapa kapal selam yang dilengkapi senjata konvensional menggunakan teknologi kami sendiri untuk mempertahankan perairan di sekitar Semenanjung Korea, yang pada akhirnya mengurangi beban pasukan AS,” kata Lee.

Trump tidak mengatakan dari mana Korea Selatan akan mendapatkan teknologi propulsi yang dibutuhkan untuk kapal selam bertenaga nuklir. AS baru sekali sebelumnya berbagi teknologi tersebut – dengan Inggris pada tahun 1950-an.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE