Turki Masih Ogah Terima Swedia Jadi Anggota NATO, Ini Alasannya
Turki sampai sejauh ini tidak melihat prospek positif dalam proses penerimaan Swedia ke dalam NATO.
IDXChannel - Turki sampai sejauh ini tidak melihat prospek positif dalam proses penerimaan Swedia ke dalam NATO. Kendati demikian, Ankara masih mengharapkan Stockholm untuk memenuhi kewajibannya.
“Jika berbicara tentang situasi saat ini, kami tidak melihat adanya indikator positif. Tetapi jika kewajiban dipenuhi, seperti halnya Finlandia, alternatifnya menjadi mungkin (untuk menerima Swedia bergabung ke NATO),” kata Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, pada konferensi pers di Ankara, Selasa (4/7/2023).
“Kami akan menunggu Stockholm untuk memenuhi kewajibannya. Pertemuan mendatang pada Juli 6 di Brussels (Belgia) akan mengklarifikasi situasi dan langkah kami selanjutnya dalam proses tersebut,” ucapnya. Swedia dan Finlandia mengajukan keanggotaan NATO pada Mei 2022, atau beberapa bulan setelah Rusia meluncurkan operasi militernya di Ukraina.
Tawaran keanggotaan mereka pada awalnya diblokir oleh Turki, yang menuduh Stockholm dan Helsinki mendukung teroris—mengacu pada para pendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Entitas politik itu telah ditetapkan Ankara sebagai organisasi teroris, lantaran terus-menerus menyebabkan ketidakamanan di dalam negeri.
Turki kemudian mencabut keberatannya atas keinginan bergabungnya Finlandia dan Swedia ke NATO, setelah pemimpin ketiga negara bertemu di Madrid, Spanyol, pada Juni 2022. Ketika itu, mereka menandatangani nota keamanan yang membuka jalan bagi kedua negara Nordik itu untuk bergabung dengan aliansi militer tersebut.
Pada April lalu, aplikasi Finlandia akhirnya diratifikasi oleh semua 30 anggota NATO. Sementara permohonan Swedia masih menunggu persetujuan dari Hongaria dan Turki. Proses aksesi Swedia terhenti sebagian karena insiden pembakaran Alquran di Stockholm.
Yang terbaru, insiden pembakaran kitab suci umat Islam itu kembali terjadi di Swedia pada Rabu (28/6/2023) lalu, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1444 H. Kala itu, Alquran dibakar di luar masjid utama Stockholm. Pihak berwenang Swedia malah menganggap legal tindakan brutal tersebut—yang dikutuk oleh banyak negara.
(DKH)