News

Waspada! Gempa Megathrust di Selatan Jawa Terjadi Setiap 400 Tahun

Binti Mufarida 15/11/2022 15:33 WIB

BNPB mengungkapkan gempa yang bersumber di zona megathrust di selatan Jawa diprediksi terjadi perulangan setiap 400 tahun.

Waspada! Gempa Megathrust di Selatan Jawa Terjadi Setiap 400 Tahun (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan gempa yang bersumber di zona megathrust di selatan Jawa diprediksi terjadi perulangan setiap 400 tahun. Diperkirakan kekuatan yang akan dikeluarkan yakni magnitudo (M)8,8.

“Untuk selatan Jawa hitungan periode ulang itu ada di kisaran 400 tahunan, 400 tahunan. Satu segmen megathrust dengan kekuatan 8,8,” ungkap Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dikutip dari Youtube BNPB, Selasa (15/11/2022).

Periode ulangan ini, kata Aam sapaan akrabnya, setelah dilakukan penelitian gabungan dari berbagai instansi yakni BNPB, Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), juga LIPI, terkait hal ini.

“Karena kita tidak memiliki cukup informasi kapan perulangan di selatan Jawa, maka kami beberapa peneliti dari ITB, saya sendiri peneliti dari BMKG, dari LIPI, itu mencoba menggunakan GPS. Bumi kita ini sebagai bergerak dan pergerakan itu bisa dihitung dari GPS. Nah, pergerakannya ini kemudian kita kita estimasi sampai maksimalnya itu dia bisa menahan itu kekuatan gempanya berapa,” katanya.  

“Kita punya dua yang kita buktikan di papernya Profesor (ITB) Sri Widiyantoro dan saya juga terlibat di situ, segmen barat selatan Jawa bagian barat dan segmen selatan Jawa bagian timur. Kalau dia pecah satu-satu yang barat (kekuatan) 8,8 yang timur itu 8,9. Kalau dia pecah langsung itu sekitar 9,1. Dia bisa sampai itu dengan periode akumulasi energi 400 tahun,” ungkap Aam.

Meski begitu, Aam mengatakan hingga saat ini belum bisa melihat pola yang pasti terhadap terjadinya perulangan aktivitas megathrust di selatan Jawa. “Permasalahan kita adalah ketika kita berbicara di zona selatan Jawa. Zona selatan Jawa ini, ini kita belum bisa melihat pattern-nya atau polanya yang benar-benar bisa menjadi perulangan kasus (megathrust),” katanya.  

“Memang adalah historis 1818, 1836, tapi yang segmen selatan Jawa itu 1994 di Banyuwangi selatan Jawa Timur dan 2006 di selatan Jawa Barat di Pangandaran. Tapi ini kekuatan gempanya tidak terlalu besar dibawah (M) 8. Sedangkan selatan Jawa itu adalah zona megathrust,” ungkap Aam.

Aam pun membandingkan pola megathrust yang terjadi di zona Selat Makasar dan Selat Maluku. “Ada zona-zona yang periode ulangnya itu lebih lebih singkat, lebih singkat. Misalkan di zona Selat Makassar, zona perulangan yaitu 1927 kemudian 1968, 1996, dan 2018 artinya 30 tahun, 30 tahun, 30 tahun. Ini yang terjadi di Palu dan sekitarnya,” katanya.  

“Jadi artinya kalau kita bicara zona Selat Makassar misalkan, mungkin anak-anak yang berumur dibawah 10 tahun saat ini yang tahun 2018 mengalami tsunami Palu, bisa kejadian lagi,” paparnya.

Kemudian, Aam mengatakan di zona Maluku juga terlihat pola megathrust yakni sekitar 50 sampai 60 tahunan. “Ini juga di zona Maluku misalkan, zona Maluku itu juga agak sedikit lebih cepat tapi lebih besar lebih panjang daripada zona Selat Makassar, misalkan kita lihat 1820, 1889, 1936, 2000 artinya sekitar 50 sampai 60 tahunan.”

“Artinya itu satu usia kalau tadi kita bicara zona Palu mungkin anak kecil sekarang mengalami lagi. Kalau di Maluku mungkin itu lebih lebih panjang itu 60 tahunan,” paparnya.

Sementara, untuk zona megathrust di selatan Jawa hingga saat ini masih belum bisa dipastikan perulangannya. “Sedangkan tadi kita masih punya catatan sejarahnya itu terakhir 1818, kita belum punya nih yang crossing sampai 400 tahun. Jadi kita enggak tahu ini terakhir terjadinya kapan,” kata Aam.

“Sehingga kita masih belum bisa menentukan ini kira-kira berapa puluh tahun lagi dia akan perulangan dengan kekuatan 8,8 sampai 9. Ini yang jadi, yang harus menjadi tantangan kita di sisi riset untuk bisa menggali lebih dalam lagi untuk mengetahui di belakang itu historisnya seperti apa,” tegasnya. 

(DES)

SHARE