SYARIAH

5 Asas-asas Transaksi Ekonomi dalam Islam, Beda Perbankan Syariah dan Konvensional

Kurnia Nadya 19/04/2024 13:46 WIB

Asas-asas tersebut lantas digunakan untuk menentukan larangan-larangan yang mesti ditegakkan dalam sistem perbankan syariah.

5 Asas-asas Transaksi Ekonomi dalam Islam, Beda Perbankan Syariah dan Konvensional. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Seperti apa asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam yang diterapkan dalam perbankan syariah di Indonesia? Asas dalam transaksi syariah adalah hal utama yang membedakan sistem perbankan syariah dan konvensional. 

Dalam Surat Edaran OJK No. 9/SEOJK.03/2015 tentang Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, ada lima asas transaksi syariah yang diterapkan. 

Asas-asas tersebut lantas digunakan untuk menentukan larangan-larangan yang mesti ditegakkan dalam sistem perbankan syariah, dan menjadi dasar dalam melakukan transaksi keuangan syariah. 

Apa saja asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam yang berlaku dalam perbankan syariah di Indonesia? Transaksi syariah berasaskan pada lima hal, yakni prinsip persaudaraan (ukhuwah), keadilan (‘adalah), kemaslahatan (maslahah), keseimbangan (tawazun), dan universalisme (syumuliyah). Berikut penjelasannya. 

Asas-asas Transaksi Ekonomi dalam Islam 

1. Asas Persaudaraan (ukhuwah) 

Ukhuwah adalah nilai universal yang menata agar interaksi sosial dapat selaras dengan kepentingan para pihak untuk kebermanfaatan secara umum. Ukhuwah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat. 

Sehingga salah satu pihak tidak mendapatkan keuntungan atas kerugian orang lain. Dalam transaksi syariah, ukhuwah dapat dilihat dalam prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tafaluf). 

Dalam perbankan syariah, perbankan dan nasabah tidak berperan sebagai kreditur dan debitur, namun sebagai mitra. 

2. Asas Keadilan (‘adalah) 

Esensi asas keadilan dalam transaksi syariah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada yang berkah, juga memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. 

Penerapan asas keadilan ini tercermin dalam larangan-larangan seperti unsur riba, ghahar, zalim, unsir judi dan ketidakpastian (maysir), dan unsur haram baik pada produk maupun cara transaksinya. 

3. Asas Kemaslahatan (maslahah) 

Esensi asak kemaslahatan adalah segala bentuk kebaikan dan manfaat yang bersifat duniawi dan ukhrawi, individual maupun kolektif, material maupun spiritual. Kemaslahatan harus memenuhi kepatuhan syariah (halal) dan bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib). Semua aspek dalam transaksi syariah tidak boleh menimbulkan kemudharatan. 

4. Asas Keseimbangan (tawazun) 

Asas keseimbangan mencakup keseimbangan antara aspek material dan spiritual, privat dan publik, bisnis dan sosial, pemanfaatan dan pelestarian, sektor keuangan dan sektor riil. 

Transaksi syariah baiknya tidak hanya menekankan pada optimalisasi keuntungan usaha semata, namun juga harus menguntungkan semua pihak yang terlibat. Manfaat tidak hanya difokuskan pada pemegang saham. 

5. Asas Universalisme (syumuliyah)

Universalisme esensinya adalah transaksi harusnya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan. Sesuai dengan semangat kerahmatan semesta. 

Dari asas-asas transaksi syariah di atas, kemudian dirumuskan karakteristik transaksi syariah. Dalam perbankan syariah, karakteristik yang paling umum diterapkan antara lain: 

Itulah asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam yang patut diketahui. (NKK)

SHARE