Berkat Konsep Bagi Hasil, Bank Syariah Selamat dari Pandemi Covid-19
Meski Indonesia tengah dilanda pandemi corona virus disease 2019 atau Covid-19, namun sektor perbankan syariah masih mencatatkan kinerja positif.
IDXChannel - Meski Indonesia tengah dilanda pandemi corona virus disease 2019 atau Covid-19, namun sektor perbankan syariah masih mencatatkan kinerja positif. Fleksibilitas tersebut disebabkan tidak lepas dari penerapan konsep bagi hasil.
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Hery Gunardi, menyebut, loss sharing tersebut memberikan fleksibilitas bagi industri perbankan syariah di tengah ketidakpastian ekonomi dan kesehatan di dalam negeri.
“Bank syariah tentunya, konsep bagi hasil atau kami namakan profit dan loss sharing ini memberikan fleksibilitas, baik pemilik dana maupun perbankan untuk bisa melakukan adjustment pada saat kondisi kurang menguntungkan,” ujar dia dalam Webinar Rabu (17/3/2021).
Sepanjang 2020, pertumbuhan aset perbankan syariah dan dana pihak ketiga tercatat positif. Di mana, aset tumbuh double digit sebesar 13,11 persen, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 11,88 persen, sementara di sektor pembiayaan naik 8,08 persen.
Meski begitu, Hery mengakui penetrasi industri perbankan syariah di Indonesia masih tercatat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara muslim Seperti Turki, Yordania, dan Malaysia. Di mana, penetrasi bank syariah Indonesia berada di level 4,1 persen, Malaysia 29 persen, Yordania 16,4 persen, dan Turki 6,1 persen.
Rendahnya penetrasi syariah inilah menjadi salah satu alasan Menteri BUMN, Erick Thohir, melakukan merger tiga bank syariah BUMN. Langkah itu dibarengi dengan proyeksi bahwa Bank Syariah Indonesia akan mampu menempati posisi terbaik sebagai bank syariah di tingkat global.
Proyeksi itu pun seiring dengan potensi pengembangan modal bank syariah BUMN yang mencapai Rp225 triliun.
"Kita liat opportunity penggabungan Himbara fokus syariah kita ingin hasil merger ini bisa membuktikan sebagai negara mayoritas muslim punya bank syariah kuat secara fundamental. Dan kalau berjalan baik hasilnya masuk top 10 secara aset dengan modal pada Februari ini di awal Rp225 triliun. Ini menjadi nilai kompetitif yang kita bisa bersaing dengan bank lain," kata Erick.
Kepemilikan modal dan aset besar membuat Bank Syariah Indonesia bisa meraih kepercayaan nasabah lebih tinggi dan mampu menekan biaya yang diperlukan untuk menyalurkan pembiayaan. Pengamat Ekonomi Syariah dari IPB, Jaenal Effendi, menilai, Bank Syariah Indonesia digadang memiliki total aset hingga Rp240 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. (TYO)