SYARIAH

Hari Raya Nyepi dan Tarawih Pertama Ramadan 2023 Barengan, Muhammadiyah Bali Sarankan Ini

Widya Michella 09/03/2023 17:55 WIB

1 Ramadan 1444 H jatuh pada 23 Maret 2023. Maka, tarawih pertama akan digelar pada 22 Maret 2023, bertepatan dengan Hari Raya Nyepi.

Hari Raya Nyepi dan Tarawih Pertama Ramadan 2023 Barengan, Muhammadiyah Bali Sarankan Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan awal 1 Ramadan 1444 H jatuh pada hari Kamis, 23 Maret 2023. Maka, tarawih pertama akan digelar pada 22 Maret 2023 yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945.

Pada Hari Raya Nyepi sendiri umumnya dilaksanakan pemeluk Hindu dengan tidak melakukan berbagai hal seperti menyalakan api atau lampu, melakukan kegiatan fisik atau bekerja, keluar rumah atau bepergian, dan menikmati hiburan atau rekreasi.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Bali, Muhammad Saffaruddin mengimbau agar pelaksanaan tarawih pertama bulan Ramadan agar dapat dilakukan di rumah masing-masing. Sertameminta kepada umat muslim untuk mengatur pelaksanaan ibadah tarawih agar tidak mengganggu pemeluk Hindu yang sedang melaksanakan ritual Nyepi. 

"Kalau jauh jarak rumah dengan tempat ibadah disarankan lebih baik tarawih perdana di rumah saja, tapi bilamana dekat, dan masjid atau musala itu menyelenggarakan salat berjamaah serta dapat izin aparat setempat. Maka tidak jadi masalah, dengan catatan bisa diselenggarakan tanpa ada hal-hal yang bisa bersinggungan (mengganggu Nyepi),"kata Saffaruddin dikutip dalam laman resmi Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (9/3/2023).

Dia menjelaskan, pada tarawih perdana biasanya (jamaah) membeludak. Mereka pun telah bersiap dari 19.30 dan selesainya kurang lebih jam 21.00 WITA.

"Maka saya imbau jika memang rumahnya berjarak jauh dengan tempat ibadah, seyogyanya di rumah saja, pun bilamana berdekatan dan kebetulan diadakan salat berjamaah dan sudah koordinasi, kami persilakan," katanya.

Lebih lanjut dia menyarankan agar pergi ke masjid/musala dengan berjalan kaki. Selain itu, masjid dan musala disarankan untuk mengatur minimal pencahayaan dan penggunaan pengeras suara agar tidak mengganggu pelaksanaan prosesi Nyepi.

“Nanti kan tarawih perdana mau tidak mau malam hari. Kita tetap harus bisa menghormati, kan gelap, mungkin menggunakan pencahayaan yang tidak menyorot ke luar," ujarnya. 

Menurutnya hal yang sama juga pernah terjadi di mana perayaan Hari Raya Nyepi bertepatan dengan salat Jumat. Maka waktu itu, MUI dan Kemenag mengimbau agar menjangkau masjid atau musala terdekat.

“Pas Jumat (dulu) kita tetap melaksanakan salat Jumat, namun seperti imbauan MUI dan Kementerian Agama, kita jalan kaki ke tempat yang bisa ditempuh dan tidak menggunakan suara kencang,” katanya.

Dengan demikian, Saffaruddin berharap agar ada pendataan masjid dan musala yang menyelenggarakan salat berjamaah pada Hari Suci Nyepi. Hal ini agar dapat dipantau dan berjalan dengan penuh kedamaian dan penghargaan kepada agama lain.

"Kepada pemerintah daerah juga kami harap bisa tetap solid, memberikan peluang, (pemeluk) Hindu bisa Nyepi dengan tenang dan Muslim bisa diberikan keleluasaan beribadah," tuturnya.

(YNA)

SHARE