Kemenag Bakal Desain Ulang Haji 2024, Ini Tiga Prioritasnya
Kemenag telah mempelajari banyak hal teknis untuk mendesain ulang skenario penyelenggaraan haji di tahun mendatang agar menjadi lebih baik.
IDXChannel - Kementerian Agama (Kemenag) telah mempelajari banyak hal teknis untuk mendesain ulang skenario penyelenggaraan haji di tahun mendatang agar menjadi lebih baik.
Hal ini seiring dengan berakhirnya pemulangan haji gelombang pertama ke Indonesia dari Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah pada 19 Juli 2023. Bersamaan itu, segera dimulai tahap pemulangan jamaah haji gelombang kedua melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
"Alhamdulillah, saat ini kita sudah di tahap akhir untuk pengiriman jamaah haji melalui Bandara Jeddah. Kami mempelajari banyak hal terkait skenario untuk penataan dan perbaikan penyelenggaraan haji tahun-tahun berikutnya," kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Hilman Latief dari laman resmi kemenag, Kamis (20/7/2023).
Hilman mengatakan, ada sejumlah teknis penyelenggaraan haji yang akan dikaji dan didesain ulang. Pertama, soal keberangkatan dan kepulangan jamaah. Menurutnya, hal tersebut erat kaitannya dengan pengaturan ritme jadwal penerbangan pesawat.
"Soal kepulangan dan keberangkatan, saat ini tim kami sedang mereka-reka jadwal pesawat dan ritmenya, mau bagaimana? Landai di awal, tinggi di tengah, landai di belakang, rata, ataukah naik turun itu ritmenya? Sedang kita pelajari," jelasnya.
Kedua, terkait durasi waktu jamaah tinggal di Mekkah dan Madinah. Terkait hal ini, Hilman mengaku, mendapat amanah khusus dari Menteri Agama (Menag), Yaqut Chalil Qoumas untuk melakukan kajian ulang.
Menurut Hilman, Menag berharap lama tinggal jamaah di Saudi Arabia bisa diperpendek, tentunya dengan tetap mempertimbangkan regulasi yang berlaku di Saudi.
"Sebagaimana amanah dari Bapak Menag, kami Ditjen PHU, diminta mendesain ulang tentang lama masa tinggal jamaah di Madinah dan di Mekkah. Syukur-syukur bisa diperpendek. Tapi semua itu tergantung dengan regulasi yang ada di Saudi Arabia," ujar Hilman.
Lalu ketiga, soal pelayanan jamaah di masa puncak haji atau Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) yang menurutnya menjadi layanan pokok yang harus didesain ulang agar menjadi lebih baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, Ditjen PHU akan membentuk tim khusus dan akan terus berkomunikasi dengan pemerintah Arab Saudi.
"Ketiga, yang paling penting, yaitu menangani selama prosesi Armina atau Masyair. Itu juga sedang kita desian. Dan ini adalah special force yang akan ditangani tim khusus. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik,"ujar dia.
"Kita juga mengomunikasikan hal ini dengan pemerintah Saudi Arabia, karena apapun yang kita lakukan nanti terkait dengan regulasi yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi," ungkapnya.
Saat disinggung mengenai hasil investigasi bersama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Arab Saudi terkait kinerja Mashariq yang tidak optimal dalam memberikan layanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), Hilman mengatakan, sampai saat laporan yang diperolehnya sebatas keterlambatan penjemputan di Muzdalifah selama 3 jam. Hasil menyeluruh, masih menunggu laporan resmi.
"Untuk yang lain, masih dikaji oleh pemerintah Saudi, karena ada banyak faktor, bagaimana ketidakoptimalan itu terjadi, dan kita masih menunggu secara resmi," tutup Hilman.
(FAY)