Potensi Perbedaan 1 Ramadan 2024, Wamenag: Sudah Biasa
Wamenag Saiful Rahmat Dasuki menyebut potensi perbedaan awal puasa di bulan Ramadan tahun 1445 H/2024 merupakan hal biasa.
IDXChannel - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki menyebut potensi perbedaan awal puasa di bulan Ramadan tahun 1445 H/2024 merupakan hal biasa. Sebab, kerap kali terjadi di antara pemerintah dengan Muhammadiyah.
"Wah, sudah biasa, sudah biasa," kata Saiful kepada wartawan usai acara Rakor Direktorat Penerangan Agama Islam di Jakarta, Rabu (28/2/2024) sore.
Dia mengatakan, perbedaan tersebut telah terjadi dari tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya yang terpenting adalah esensi dalam menjalankan ibadah puasa bagi semua umat muslim.
"Yang penting kan pada puasanya. Kalau (1 Ramadan) berbeda mah biasa," ucapnya.
Pada kesempatan itu, dalam sambutannya Wamenag mengatakan, Ensiklopedia Seni Budaya Islam merupakan tonggak bersejarah dalam melestarikan dan menghargai kekayaan warisan budaya Islam di Nusantara. Melalui buku ini diharapkan dapat memperkuat identitas keislaman sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia.
Selain itu, ensiklopedia ini dapat rujukan masyarakat berbagai kalangan untuk mendalami lebih jauh tentang kearifan para pendahulu bangsa dalam meramu kehidupan.
“Ensiklopedia ini bukan hanya sebagai sumber referensi, tetapi juga sebagai wujud komitmen kita untuk mewarisi dan meneruskan nilai-nilai luhur yang telah ditinggalkan oleh para pendahulu kita,” tutur Wamenag.
Sebagai informasi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan awal Ramadan berpotensi berbeda. Dilansir dari laman resminya, Minggu (25/2/2024), BMKG menyampaikan data hilal (hasil hisab) saat matahari terbenam, yang dapat digunakan juga dalam pelaksanaan rukyat (observasi) hilal.
BMKG menjelaskan, secara astronomis pelaksanaan rukyat hilal penentu awal bulan Ramadan 1445 H bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuannya adalah setelah Matahari terbenam tanggal 10 Maret 2024 bagi yang di tempatnya konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam. Dan tanggal 11 Maret 2024 bagi yang konjungsinya terjadi setelah Matahari terbenam.
Sementara, kata BMKG, bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadan 1445 H, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam tanggal 10 dan 11 Maret 2024 tersebut.
BMKG melaporkan ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024, berkisar antara -0,33 derajat di Jayapura, Papua sampai dengan 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.
Adapun ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 11 Maret 2024, berkisar antara 10,75 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 13,62 derajat di Sabang, Aceh.
(YNA)