Technology

BRIN Peringatkan Bahaya ChatGPT, Pengguna Disarankan Lakukan Ini

Tangguh Yudha/MPI 04/08/2023 13:25 WIB

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberi peringatan soal bahaya dari Chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI), ChatGPT.

BRIN peringatkan bahaya ChatGPT, pengguna disarankan lakukan ini

IDXChannel - Chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI), ChatGPT sangat populer. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun memberi peringatan soal bahaya dari teknologi berbasis model bahasa yang sangat pintar ini.

Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Sains Data dan Informasi BRIN Asril mengatakan, ChatGPT selain bisa menjadi alat bantu, juga bisa memberikan dampak buruk. Untuk itu, masyarakat perlu memperhatikan beberapa hal ketika menggunakannya.

Dia menyarankan pengguna harus memenuhi kaidah etika dan menghindari memasukkan data yang bersifat pribadi. Fungsi verifikasi oleh pengguna juga wajib dilaksanakan untuk mengukur apakah informasi ChatGPT tepat atau tidak.

"Kalau kita mendapatkan informasi dari chatGPT juga harus bertanggungjawab jika mau menyebarluaskan dan mempublikasikannya. Kita harus transparan menyebutkan bahwa ini hasil ChatGPT sebagai disclaimer," kata Asril, Jumat (4/8/2023).

AI sebagai teknologi, menurutnya harus aman, terpercaya, tidak merusak lingkungan dan tidak melanggar nilai-nilai. Dia menekan bahwa semua teknologi yang ada harus mengikuti basis nilai-nilai Pancasila dan memiliki etika dalam penggunanya.

Pernyataan senada juga disampaikan Guru Besar Teknik Komputer Universitas Indonesia Riri Fitri Sari. Dia menyebut penggunaan ChatGPT harus diantisipasi secara khusus dalam konteks akademik, jangan sampai malah menjadi ketergantungan.

"Dengan adanya Chat GPT, respons mahasiswa terlihat lebih rapi, tetapi kita harus berhati-hati agar penggunaan AI ini tidak membuat kita tergantung dan harus tetap menjadi media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan," tuturnya.

Riri menilai ChatGPT memiliki kecenderungan untuk memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan bahan pelajaran, sehingga diperlukan evaluasi menggunakan alat lain dan perlu juga memberikan batasan ada ChatGPT dalam lingkup akademik.

"Bukan hanya melakukan hal-hal yang mudah, tapi mengarahkan ke mana mesin itu dapat membantu kita membangun kebudayaan dan peradaban," ucapnya.

Untuk diketahui, ChatGPT memang tidak bisa dimungkiri merupakan teknologi berbasis model bahasa yang sudah sangat pintar sekali dan mampu melayani tanya jawab layaknya manusia.

ChatGPT mampu menjawab dengan rapi karena berasal dari berbagai sumber data, internet, literasi, buku, dan sebagainya. Teknologi ini juga bisa menyimpan konteks kalimat-kalimat yang sudah pernah ditanyakan sebelumnya karena dia memiliki memori.

ChatGPT itu bisa menjawab secara multibahasa karena datanya sangat besar. Apabila ChatGPT sudah bisa mendapatkan pola yang sangat presisi, maka bisa dianggap tools ini sudah bisa mempintarkan dirinya.

Teknologi ini juga sangat banyak membantu di bidang riset, misal dalam penyusunan awal ide riset. Caranya, dengan mengangkat research mission-nya, lalu metodologinya seperti apa, maka chatGPT bisa membantu.

Dengan bahaya dan manfaatnya, tidak salah jika menyebut ChatGPT sebagai dua mata pedang yang bisa saja melukai penggunanya atau bisa menyelamatkan penggunanya. (RNA)

SHARE