Technology

Demam ChatGPT di China Mereda setelah Pemerintah Isyaratkan Larangan

Wahyu Dwi Anggoro 23/02/2023 13:50 WIB

Reli di saham yang berkaitan dengan teknologi intelijen buatan di China menunjukkan tanda-tanda mereda.

Demam ChatGPT di China Mereda setelah Pemerintah Isyaratkan Larangan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Reli di saham yang berkaitan dengan teknologi intelijen buatan di China menunjukkan tanda-tanda mereda. Sebelumnya, media melaporkan pihak berwenang di China melarang akses ke layanan ChatGPT milik OpenAI.

Aplikasi dan situs web lokal telah diperintahkan untuk menghentikan layanan yang memungkinkan penggunaan ChatGPT, menurut cerita di berbagai publikasi China dan asing selama beberapa hari terakhir. Chatbot OpenAI tidak tersedia secara resmi di China tetapi telah dapat diakses melalui jaringan pribadi virtual (VPN).

Saham Beijing Haitian Ruisheng Science Technology Ltd. turun sebanyak 8,5 persen pada Kamis (23/2/2023). Sementara itu, Saham Hanwang Technology Co. turun sebanyak 10 persen setelah naik lebih dari dua kali lipat dalam sebulan terakhir. 

Pihak berwenang di China sudah sejak lama tidak percaya terhadap teknologi asing. Sebelumnya, Negeri Tirai Bambu tersebut melarang situs seperti Twitter dan Facebook. 

Larangan terhadap ChatGPT menjadi peluang bagi perusahaan lokal seperti Baidu Inc.. Raksasa teknologi China tersebut berencana meluncurkan teknologi AI serupa ChatGPT yang dapat disetujui oleh pemerintah. 

Saham Baidu naik sebanyak 1,6 persen di Hong Kong pada Kamis (23/2/2023).

“Ini akan sangat positif untuk Baidu,” kata Steven Leung, direktur eksekutif di UOB Kay Hian (Hong Kong) Ltd., dilansir dari Bloomberg pada Kamis (23/2/2023).

Beberapa saham yang terbang tinggi mulai goyah karena Beijing membuat publik sadar akan ketidaksenangannya dengan ChatGPT. Awal bulan ini, surat kabar China Securities Times memperingatkan investor untuk tidak mendukung reli spekulatif.

“ChatGPT dapat membantu pemerintah AS menyebarkan disinformasi dan manipulasi narasi secara global untuk kepentingan geopolitiknya sendiri,” tulis outlet media milik negara China Daily awal pekan ini.
(WHY)

SHARE