Teknologi AI Kini Bisa Gantikan Peran Debt Collector hingga Deteksi Fraud
Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan saat ini dapat menggantikan peran debt collector.
IDXChannel - Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan saat ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi kehidupan. Penerapannya diyakini dapat mendorong transformasi pada berbagai industri dan ekonomi global, bahkan bisa menggantikan peran debt collector.
Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Wijaya Kusumawardhana mengatakan, AI bahkan bisa menjadi alat bagi Indonesia mengejar ketertinggalan dengan negara lain, terlebih Indonesia punya potensi sumber daya manusia yang besar.
Khusus untuk sektor ekonomi, sambungnya, kontribusi AI pada pendapatan domestik bruto pada 2030 secara global mencapai USD13 triliun. Di ASEAN USD1 triliun, dan di Indonesia menyentuh USD366 miliar.
"Hal tersebut wajib dimanfaatkan para pelaku usaha, tidak hanya di bidang teknologi, tetapi juga industri lainnya," kata Wijaya dalam diskusi Selular Business Forum (SBF), Jakarta, Senin (9/9).
Hal senada juga disampaikan oleh Deputy EVP Digital Technology and Platform Business Telkom Indonesia, Ari Kurniawan. Menurutnya, AI dapat menarik tingkat modal secara signifikan, sehingga penerapannya dibutuhkan bagi banyak industri di dunia.
Meski begitu, Ari menambahkan, harus ada strategi nasional untuk penerapan AI, mengingat Indonesia masih tertinggal dalam penggunaannya. Selain itu, juga perlu adanya aturan atau regulasi yang mengatur penggunaan AI untuk menghindari dampak negatifnya.
"Jadi harus ada aturan terkait investasi, kompetisi, hingga keberlangsungan bisnis AI. Aturan ini juga untuk mengukur dampak positif dan menghindari dampak negatif dari pemanfaatan AI," ujarnya.
Dalam momen yang sama, CEO Glair, William Lim mengatakan, penerapan AI ini dapat digunakan di berbagai bidang, seperti customer support, recruitment, training, hingga debt collector. Bahkan di sektor keuangan, AI bisa dimanfaatkan sebagai penagih utang.
"Paling populer tentu customer support karena 90 persen menggunakan AI. Bahkan untuk sekarang debt collector juga bisa digantikan AI karena bisa menghubungi pelanggan atau nasabah secara langsung," tuturnya.
Sementara itu, Pimpinan Divisi IT Digital Platform dan E-Channel Development Bank DKI, Surandra Pohan menambahkan, ada banyak manfaat yang bisa dihasilkan dari penggunaan AI di dunia perbankan.
"Misalnya, menentukan credit skoring nasabah atau calon nasabah. Bisa juga untuk fraud detection atau mendeteksi kejahatan siber, hingga membantu percakapan dengan para nasabah," kata Surandra.
(Fiki Ariyanti)