IDXChannel - PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) atau BWS mulai memanfaatkan ruang pelonggaran kebijakan moneter untuk memperkuat portofolio kredit konsumtifnya. Langkah ini dinilai dapat mendorong kinerja sepanjang tahun asalkan diimbangi pengelolaan risiko yang ketat.
Mengacu pada laporan keuangan konsolidasian non-audit BWS per September 2025, total portofolio kredit konsumtif bank KBMI II tersebut mencapai Rp18,45 triliun atau setara dengan 40,8 persen dari total pinjaman yang diberikan.
Pangsa kredit konsumtif BWS pada September 2025 itu tercatat sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2024, yakni 39,9 persen.
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis, menilai portofolio kredit konsumtif memang cenderung menarik, terutama ketika suku bunga acuan berada dalam tren penurunan seperti saat ini.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) telah memangkas BI Rate sebesar 125 basis poin sepanjang 2025. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19 November 2025, BI memutuskan menahan BI Rate di level 4,75 persen.
“Dengan adanya pemangkasan suku bunga, permintaan kredit akan berangsur meningkat. Salah satu yang dapat terimbas positif adalah kredit konsumsi mengingat ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga,” ujar Abdul Azis.
Ia juga menambahkan, bank-bank yang memiliki eksposur terhadap kredit konsumsi dapat memanfaatkan momentum penurunan suku bunga. Jika dibandingkan dengan kredit modal kerja dan kredit investasi, imbal hasil (yield) kredit konsumsi lebih tinggi.
“Memang secara karakteristik risiko kredit konsumsi juga berbeda dengan kredit produktif. Namun bank-bank yang memiliki ekosistem konsumen dengan pendapatan yang relatif stabil diharapkan dapat mengelola risiko dengan lebih baik,” kata dia.
Dalam kasus ini, BWS juga dinilai memiliki keunggulan dari sisi basis nasabah, karena terkoneksi dengan para pegawai baik di sektor swasta maupun pemerintahan. Bank ini bahkan dikenal kuat di segmen pembiayaan pensiunan.
Bank dengan total aset Rp59,6 triliun per September 2025 tersebut menawarkan produk pinjaman untuk pegawai bernama KUPEG. Untuk pegawai swasta, plafon pinjamannya berkisar antara Rp1 juta hingga Rp150 juta, dengan suku bunga bersaing dan tenor maksimal 72 bulan.
Sementara bagi pegawai negeri (ASN/TNI), plafon pinjaman berkisar Rp1 juta hingga Rp500 juta, dengan jangka waktu maksimal mencapai 240 bulan.
“Eksposur terhadap debitur yang memiliki cashflow stabil seperti para pegawai yang creditworthy bisa menjaga kualitas aset dan lewat produk kredit konsumsi yang tepat tidak hanya mendorong pertumbuhan kredit tetapi juga meningkatkan pendapatan bunga bank, tutur Abdul Azis. (Aldo Fernando)