IDXChannel - Bank Indonesia (BI) menilai penurunan suku bunga di perbankan masih berjalan lambat, meskipun bank sentral telah melakukan pelonggaran kebijakan moneter secara agresif dan Pemerintah telah menempatkan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) di bank. BI pun mendesak perbankan untuk mempercepat transmisi pelonggaran suku bunga.
"Seiring dengan penurunan BI-Rate sebesar 150 bps sejak September 2024 dan ekspansi likuiditas moneter Bank Indonesia, suku bunga INDONIA turun sebesar 204 bps dari 6,03 persen pada awal 2025 menjadi 3,99 persen pada 21 Oktober 2025," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI di Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Selain itu, instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun drastis, dengan rata-rata penurunan di atas 250 bps.
Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 2 tahun turun 218 bps menjadi 4,78 persen, sementara tenor 10 tahun turun 132 bps menjadi 5,94 persen. Namun, kondisi ini kontras dengan suku bunga perbankan. BI menyoroti bahwa suku bunga deposito 1 bulan baru turun sebesar 29 bps, dari 4,81 persen pada awal 2025 menjadi 4,52 persen pada September 2025.
Menurut BI, penurunan deposito yang lambat ini dipengaruhi oleh pemberian special rate yang tinggi kepada deposan besar, di mana kelompok deposan ini menguasai hingga 26 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) bank.
Kondisi suku bunga kredit bahkan berjalan lebih lambat lagi. Dibandingkan dengan pemangkasan BI Rate sebesar 150 bps, suku bunga kredit perbankan hanya turun 15 bps, dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05 persen pada September 2025.
BI menekankan bahwa kecepatan transmisi suku bunga di perbankan harus didorong, sejalan dengan tujuan kebijakan moneter untuk mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
(kunthi fahmar sandy)