sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BI Sebut Ketahanan Perbankan Kuat, Rasio Permodalan Capai 25,88 Persen

Banking editor Kunthi Fahmar Sandy
17/09/2025 17:12 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, permodalan terjaga pada level tinggi, likuiditas perbankan tetap memadai, dan risiko kredit rendah.
BI Sebut Ketahanan Perbankan Kuat, Rasio Permodalan Capai 25,88 Persen (FOTO:iNews Media Group)
BI Sebut Ketahanan Perbankan Kuat, Rasio Permodalan Capai 25,88 Persen (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Ketahanan perbankan tetap kuat dan mendukung stabilitas sistem keuangan. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, permodalan terjaga pada level tinggi, likuiditas perbankan tetap memadai, dan risiko kredit rendah.

Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Juli 2025 tetap tinggi sebesar 25,88 persen sehingga masih mampu untuk menyerap risiko.

"Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan terjaga rendah sebesar 2,28 persen (bruto) dan 0,86 persen (neto) pada Juli 2025," katanya saat konferensi pers hasil RDG Rabu (17/9/2025).

Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga.

Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi global dan domestik yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Di sisi lain, kebijakan moneter longgar juga mendorong kenaikan jumlah uang beredar dan diperkirakan akan meningkat sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal Pemerintah untuk mendorong sektor riil.

Pertumbuhan uang Primer (M0) Adjusted, --yaitu uang primer yang telah memperhitungkan dampak penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) bank di Bank Indonesia karena pemberian kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM)-- tercatat 7,34 persen (yoy) pada Agustus 2025, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan M0 (tanpa memperhitungkan dampak KLM) sebesar 0,34 persen (yoy).

Dari faktor yang memengaruhi, kenaikan M0 Adjusted ini berasal dari ekspansi Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Asset – NFA) sejalan dengan kenaikan cadangan devisa, sedangkan komponen Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Government-NCG) mengalami kontraksi sehingga menahan kenaikan M0 Adjusted.

"Kebijakan moneter ekspansif juga tecermin pada pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) yang meningkat dari 5,46 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 6,53 persen (yoy) pada Juli 2025," kata dia.

Dari sisi komponen, kenaikan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) yakni dari 7,25 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 8,72 persen (yoy) pada Juli 2025, sejalan dengan peningkatan pertumbuhan uang kartal di luar Bank Umum dan BPR dari 10,30 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 10,98 persen (yoy) pada Juli 2025.

Perry menuturkan, dari sisi faktor yang memengaruhi, kenaikan M2 terutama berasal dari peningkatan Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Asset-NFA) sejalan dengan kenaikan cadangan devisa.

Sementara faktor lainnya, yaitu Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat masih mengalami kontraksi dan pertumbuhan kredit masih rendah. Ke depan, jumlah uang yang beredar diperkirakan meningkat sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal Pemerintah dan pertumbuhan kredit yang akan lebih tinggi.


(kunthi fahmar sandy)

Advertisement
Advertisement