Tom mengatakan, induk bisnis KBFG juga memproyeksikan untuk membukukan penghasilan sekira Rp50 triliun dalam satu tahun. Adapun sejumlah Rp20 triliun akan diperoleh dari cabang bisnis yang ada di luar negeri, termasuk di Indonesia, melalui KB Bank, yang diproyeksikan untuk menyumbang sekitar 10 persen dari nilai kontribusi bisnis di luar Korea.
Sebelumnya, jajaran direksi KB Bank telah melakukan pembelian saham BBKP sebanyak 11,7 juta saham. Melalui upaya ini, kepemilikan saham BBKP oleh direksi telah bertambah dari 13,59 juta saham atau 0,0072 persen dari jumlah saham beredar, menjadi 25,29 juta saham atau 0,0135 persen dari jumlah saham beredar.
Menurut Tom, pembelian saham BBKP oleh petinggi KB Bank ini juga akan terus berlanjut hingga ke level petinggi perusahaan induk di Korea. Mereka di antaranya adalah Chairman KB Financial Group dan CEO Kookmin Bank, serta berbagai perusahaan afiliasi.
"Saya sudah meminta ke Chairman, CEO, dan juga C level lainnya di Korea, untuk membeli saham KB Bank, dan mereka memang akan melakukan pembelian itu. Karyawan-karyawan di Korea juga banyak yang membeli secara pribadi karena mereka percaya dengan KB Bank Indonesia," tutur dia.
Aksi beli saham ini, lanjut Tom, dinilai dapat menjadi sentimen positif untuk harga saham BBKP ke depannya. Di sisi lain, kredit berisiko atau Loan at Risk (LAR) KB Bank terus menurun. Hingga kuartal I-2024, rasio LAR KB Bank terus menyusut hingga di bawah angka 35 persen.
Tom mengatakan, perseroan terus berupaya menekan rasio LAR hingga kurang dari 20 persen, sementara rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) hingga berada di bawah 5 persen.