Doni mengatakan, ongkos perawatan PLTA Bengkok relatif murah lantaran berbeda dengan pembangkit termal yang memiliki temperatur dan putaran tinggi hingga 3.000 RPM.
"Kalau di PLTA tuh di sini kita putarannya rendah, hanya 750 RPM, temperaturnya dingin. Otomatis untuk biaya operasi lebih murah. Kalau di sini mungkin sekitar Rp200-300 per kWh untuk kita biaya produksi," kata Doni.
Dengan langkah-langkah tersebut, PLTA Bengkok mampu tetap prima meski telah lebih dari 100 tahun beroperasi.
"Kami berkomitmen untuk menjaga PLTA Bengkok terus eksis menjadi pembangkit energi hijau yang berkelanjutan. Ini menjadi bagian dari sejarah panjang pemanfaatan energi ramah lingkungan di Indonesia," kata Doni.
(NIA DEVIYANA)