“Beberapa pihak berpikir bahwa seluruh dunia meniru Silicon Valley. Namun, saya rasa eFishery terbukti unik dalam hal inovasi model bisnis, yang ditunjukkan dengan pencapaian dalam tiga hal sekaligus yaitu, skalabilitas, pertumbuhan yang berkelanjutan, dan profitabilitas yang dihasilkan secara konsisten selama bertahun-tahun, bahkan sebelum menjadi perusahaan dengan valuasi diatas USD 1 juta. Model bisnis inilah yang perlu dihadirkan di Silicon Valley," ungkap Managing Partners 500Global, Khailee Ng.
Rik Vyverman, Global Head of Sustainable Food Equity untuk responsAbility Investments AG (“rA”), impact investor asal Zurich, menambahkan bahwa model bisnis eFishery yang mempersingkat supply chain dapat terus mendisrupsi pasar akuakultur tradisional Indonesia maupun dunia. "Target Sustainable Development Goals (SDGs) akan tercapai lebih banyak seiring pertumbuhan perusahaan," sambungnya.
Kepercayaan terhadap perusahaan juga diutarakan oleh rA Southeast Asia Investment Director, Chris Teoh. “Melihat kepemimpinan eFishery yang kompeten, kedekatan perusahaan dengan komunitas pembudidaya dan seluruh pemangku kepentingan, kami percaya bahwa perusahaan akan terus memodernisasi industri secara farm-to-fork, mulai dari rantai pasokan, tempat produksi hingga konsumen. Kami sangat antusias untuk mendukung perusahaan berkembang ke tingkatan lebih tinggi," ucap Chris.
Didirikan di Bandung, Jawa Barat pada 2013, eFishery telah mendisrupsi industri akuakultur dengan menghadirkan solusi digital auto feeder berbasis Internet of Things (IoT) yang didesain untuk meningkatkan akuntabilitas, efisiensi, serta kenyamanan dari bisnis budidaya ikan.
Pendekatan teknologi eFishery yang berbasis data menggunakan sensor untuk mengukur pergerakan ikan dan akustik dari udang, mengoptimalisasi pemberian makanan serta kesehatan ikan dan kualitas air, sembari mengurangi limbah.
(DKH)