Ia mengatakan, kemungkinan akan berat bagi Indonesia bersaing di sektor otomotif dan elektronik dengan negara-negara lain. Namun demikian, menurut Bambang, Indonesia memiliki kualitas manufaktur yang mampu menampung relokasi pabrik di kedua sektor tersebut dari China dan Korea Selatan.
Untuk itu, Indonesia perlu mendorong inovasi dan riset agar tidak sekadar menjual SDA bernilai tambah rendah. Setiap komoditas, baik pertanian maupun pertambangan, menurut Bambang, perlu ditingkatkan nilai tambahnya sebelum dijual.
"Misal Indonesia terkenal sebagai eksportir nikel terbesar, kita jangan bangga dengan itu terus menerus. Apa seharusnya kebanggaan itu? Kalau, (kita) jadi salah satu leading produser baterai kendaraan listrik," ucapnya.
(IND)