Para ilmuwan tidak sepenuhnya yakin apa yang memulai siklus ini. Berbaliknya arah angin membuat air laut dari wilayah barat yang hangat mengalir ke wilayah tengah dan timur yang lebih dingin.
"Ketika El Nino memindahkan air hangat itu, ia turut menggeser lokasi badai," kata ahli meteorologi NOAA, Tom DiLiberto. "Itulah domino atmosfer pertama yang jatuh."
Pergeseran aktivitas badai ini memengaruhi cuaca di seluruh dunia. Selama El Nino, bagian selatan AS mengalami cuaca yang lebih dingin dan lebih basah, sementara bagian barat lebih hangat dan lebih kering.
Beberapa bagian Amerika Tengah dan Selatan mengalami curah hujan yang tinggi, sementara hutan hujan Amazon cenderung mengalami kondisi yang lebih kering.
Sementara itu, Australia mengalami panas yang ekstrem, kekeringan dan kebakaran hutan. Selama El Nino 2015 hingga 2016, hampir sepertiga karang di Great Barrier Reef Australia mati. Di perairan yang terlalu hangat, karang akan mengapur dan memutih.
Secara historis, baik El Nino maupun La Nina rata-rata terjadi setiap dua hingga tujuh tahun sekali. El Nino bisa berlangsung selama 9-12 bulan. La Nina dapat bertahan selama satu hingga tiga tahun.
(WHY/Anggerito Kinayung Gusti)