IDXChannel - Banyak pihak memprediksi tahun depan ekonomi global akan gelap salah satunya karena ada ancaman resesi ekonomi dan tidak ada satupun negara yang aman dari ancaman resesi tersebut.
Menurut Ekonom dan Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan bahwa resesi jadi ancaman serius ekonomi Indonesia, dan perlu dicatat tidak ada satupun negara yang aman dari resesi.
Menurutnya probabilitas terjadinya resesi masih ada meski sekarang angka nya kecil. Dia melanjutkan bagwa terdapat tiga transmisi resesi global ke ekonomi domestik. Pertama lewat sektor keuangan melalui pelemahan kurs hingga naiknya tingkat suku bunga secara agresif. Kedua lewat perdagangan dimana kinerja perdagangan alami penurunan surplus akibat permintaan negara mitra dagang utama menurun.
"Dan ketiga, volatilias harga komoditas membuat inflasi didalam negeri meningkat dan ciptakan krisis biaya hidup bagi kelompok rentan" jelasnya kepada MPI , Selasa (25/10/22).
Dia melanjutkan bahwa Indonesia masuk dalam negara dengan probabilitas terjadi resesi meski baru 3 persen menurut data Bloomberg, jauh lebih baik dibandingkan China, Jepang dan Thailand.
Bhima menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang cukup baik pada kuartal ke II 2022 yakni, 5,44 persen year on year. Tapi kita perlu mengejar ketertinggalan, karena pesaing di wilayah Asean seperti Vietnam dan Filipina masing-masing mencatatkan pertumbuhan 7,7 persen dan 7,4 persen pada kuartal yang sama.
"Pada saat resesi ekonomi terjadi, pelaku usaha termasuk sektor manufaktur akan mencari lokasi basis produksi di negara yang mampu berikan pertumbuhan tinggi" jelasnya.
Cadangan devisa Indonesia sampai September 2022 lanjut Bhima adalah sebesar USD 130,8 miliar. Angka ini masih relatif tinggi meski ada koreksi. Tapi dibandingkan dengan PDB, maka rasio cadangan devisa sebesar 8,4 persen. Perlu didorong agar kemampuan dalam intervensi stabilitas kurs rupiah semakin baik.
"Perlindungan sosial terhadap PDB baru mencapai 2,5 persen pada 2023 mendatang. Sementara dibutuhkan setidaknya 4-5 persen rasio anggaran perlindungan sosial untuk menahan lonjakan angka kemiskinan baru akibat resesi dan inflasi" lanjutnya.
Dia melanjutkan bahwa dbidang pangan Peringkat Indonesia dalam Global Food Security Index tahun 2022 menempatkan Indonesia diposisi ke 63 dunia jauh lebih rendah dibanding Turki, Vietnam bahkan Rusia.
"Kerentanan pangan perlu dijawab dengan peningkatan alokasi subsidi pupuk, memastikan pangan lokal mampu mengurangi ketergantungan impor, dan bantuan pembiayaan lebih besar bagi petani tanaman pangan" tutup Bhima. (RRD)