IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menilai tidak tepat jika pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN) menjadi indikator tidak sehatnya perusahaan pelat merah. Dia memastikan, 70 PMN dialokasikan untuk penugasan BUMN.
Sementara itu, 10-15% PMN BUMN difokuskan pada program restrukturisasi perseroan tersebut. "Kadang-kadang persepsinya BUMN tidak sehat, padahal lebih dari 70% PMN itu untuk penugasan. Untuk restrukturisasi dan pengembangan paling 10% sampai 15%," ungkap Erick saat konferensi pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (28/9/2022).
Erick menyebut, kontribusi yang dihasilkan BUMN melalui aksi korporasi jauh di atas nilai PMN yang diperoleh. Dia mencontohkan, rights issue PT Bank BRI (Persero) Tbk, mencapai Rp92 triliun.
Mantan Bos Inter Milan itu juga menilai persepsi negatif juga acapkali disematkan pada proyek-proyek infrastruktur. Erick mengatakan, proyek infrastruktur memiliki return of investment jangka panjang. Di mana, income BUMN Karya akan diperoleh dalam rentan waktu 7-8 tahun mendatangkan.
"Berbeda dengan membangun ritel yang langsung dapat income. Kalau infrastruktur itu, cashflownya saja baru 7 hingga 8 tahun. Ini yang kadang-kadang konteksnya harus sama, jangan disangka pembangunan infrastruktur itu hanya sebuah pemborosan, tidak," ujar dia.
Erick menyebut, proyek infrastruktur memiliki efek berganda dengan menggerakan perekonomian sekitar. Dia memastikan, pertumbuhan ekonomi terjadi setelah adanya jalan tol di suatu wilayah.
"Ada efek samping yang sangat positif yakni pertumbuhan ekonomi di sekitar, apakah itu untuk sektor pangan, UMKM, ataupun industri lainnya. Nah ini yang kadang-kadang lupa dicatat, dengan adanya aksesibilitas infrastruktur, biaya logistik akan turun. Ini kadang-kadang tidak apple to apple, hanya bicara utang-utang tidak sehat," tutur Erick.
(FAY)