IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi nasional hingga Agustus 2025 relatif stabil di level 2,31 persen. Bahkan lebih rendah dibandingkan Juli yang sebesar 2,37 persen. Angka ini juga masih sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia soal inflasi di kisaran ±2,5 persen.
Sejumlah komoditas mengalami perlambatan harga. Misalnya pendidikan, pakaian, dan perabotan yang kenaikannya melambat dibandingkan bulan lalu. Transportasi dan komunikasi turun. Sementara harga makanan dan kesehatan naik.
Situasi ini mengindikasikan masyarakat mengurangi belanja barang sekunder dan fokus pada kebutuhan primer. Alhasil, secara keseluruhan, harga-harga barang dan jasa mengalami deflasi tipis.
"Pada Agustus 2025, terjadi deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Senin (1/9/2025).
Kenaikan harga pada kelompok pendidikan melambat (1,43 persen vs 1,95 persen) meski masih memberikan andil terhadap inflasi 0,08 persen secara tahunan. Jasa yang masih mencatat inflasi relatif tinggi yakni pendidikan lainnya (3,06 persen).
Lainnya seperti pendidikan tinggi melambat 1,7 persen bahkan pendidikan menengah deflasi 0,4 persen. Kondisi ini terjadi usai pembayaran uang sekolah dan kuliah pada Juli lalu yang sifatnya musiman.
Komponen transportasi dan komunikasi memberikan andil menekan harga dengan andil deflasi masing-masing 0,04 persen dan 0,02 persen. Penurunan harga tiket pesawat usai liburan memberikan dampak terhadap komponen transportasi secara umum. Sementara biaya telepon seluler juga masih stabil di level rendah.
Komponen makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki bobot terbesar dalam inflasi mengalami kenaikan harga lebih cepat (3,99 persen vs 3,75 persen). Komponen ini memberikan andil inflasi 1,14 persen secara tahunan.
Komoditas bawang merah, beras, ikan segar, minyak goreng, dan tomat mengalami kenaikan harga secara bulanan. Sementara, penurunan harga terjadi pada harga cabai rawit, cabai merah, kentang, dan bawang putih.
Inflasi inti memberikan andil 1,39 persen terhadap inflasi umum. Komponen barang bergejolak dan barang yang diatur pemerintah relatif stabil dengan sumbangan 0,72 persen dan 0,2 persen.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, pergerakan inflasi pada Agustus melambat karena efek musiman seperti ajaran baru yang telah lewat. Di samping itu, harga pangan juga mulai mengalami normalisasi seperti telur dan ayam yang sempat melonjak pada awal bulan.
Dia juga menyoroit harga beras yang menjadi pendorong inflasi. Hal ini imbas langkah pemerintah yang menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium. Ada ekspektasi harga beras masih tinggi meski ada rencana pemerintah melakukan operasi pasar.
Untuk harga yang diatur pemerintah juga relatif stabil, bahkan deflasi secara bulanan pada Agustus (0,02 persen). Kondisi ini imbas penyesuaian harga BBM nonsubsidi pada awal bulan.
(Rahmat Fiansyah)