"Ekonomi Sumedang itu ada ketimpangan. Sumedang bagian barat bersatu dengan Bandung Raya, sementara di timur bersisian dengan Majalengka. Ketimpangan ini tidak boleh terjadi lagi jika Butom menjadi kawasan pertumbuhan baru," tuturnya.
Pengembangan Butom sendiri, lanjut Dony, selaras dengan rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tengah mengembangkan kawasan Cirebon-Majalengka-Subang atau yang dikenal dengan Metropolitan Rebana. Dony optimistis, Butom bisa lebih dulu maju dibanding kawasan sekitarnya di Rebana.
Pemkab Sumedang sendiri sudah menyiapkan kawasan peruntukan industri (KPI) Butom bersaing dengan 13 kawasan industri di Metropolitan Rebana. Untuk Butom, kata Dony, pihaknya menawarkan peluang kawasan dan peruntukan yang berbeda.
KPI Buahdua misalnya, pihaknya menyiapkan lahan seluas 4,129 hektare yang terbagi untuk dua zona industri, yakni zona industri olahraga dan pariwisata. Selain itu, zona industri agrobisnis dan pariwisata dengan lahan yang siapkan seluas 1,147 hektare.
Jarak Buahdua ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka mencapai 25 kilometer dan Pelabuhan Patimban 63 kilometer, namun hanya 8 kilometer ke ruas Tol Cisumdawu dan Cipali.
"Ini posisinya strategis karena juga dekat dengan kawasan (Waduk) Jatigede dan sejumlah obyek wisata," ujarnya.
Lalu Ujungjaya dan Tomo. Dengan lahan sekitar 2,981 hektare, KPI yang meliputi 8 desa ini sudah dirancang lebih komprehensif dimana industri yang masuk ke wilayah tersebut akan terbagi dalam industri hulu atau andalan, industri antara, dan industri hilir.
Untuk industri hulu misalnya, disiapkan kawasan untuk industri bahan bangunan, pangan, kimia farmasi dan kosmetik hingga alat transportasi dan pergudangan. Sementara untuk zona industri antara, yakni jasa industri, barang modal, dan industri pengolahan kayu.