Dikatakan oleh Arifin, demi memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik, diperlukan kemampuan untuk memproduksi komponen pendukung lainnya. Menurutnya, perlu untuk memastikan seluruh komponen tersebut tersedia di Indonesia.
“Pendukung ekosistem baterai EV lainnya adalah anoda, separator, elektor, elektronik, dan safe housing, di samping komponen utama EV, yaitu charger dan inverter. Salah satu bahan baku utama baterai adalah nikel. Selain itu, ada grafit, aluminium, baja, tembaga, mangan, kobalt, lithium, dan besi,” ujarnya.
Meski memiliki kandungan nikel terbesar di dunia, Arifin mengatakan, sumber daya alam tersebut masuk dalam daftar mineral kritis. Artinya, negara harus menjaga ketersediaan material tersebut dan digunakan semaksimal mungkin.
“Mineral kritis antara lain besi, nikel, timah, tembaga, dan lain-lain. yang menjadi tantangan utama setelah mineral krisis adalah bagaimana menyusun bersama rencana strategis dari mineral krisis ini,” ucapnya.