sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pakar Sebut Investasi Jadi Tantangan Sektor Migas di Masa Depan

Economics editor Dinar Fitra Maghiszha
22/10/2021 14:47 WIB
Keberlangsungan industri minyak dan gas (migas) nasional di masa depan masih mendapat tantangan investasi dan pendanaan.
Investasi Jadi Tantangan Sektor Migas di Masa Depan (Ilustrasi)
Investasi Jadi Tantangan Sektor Migas di Masa Depan (Ilustrasi)

IDXChannel - Praktisi energi Ari Soemarno mengatakan bahwa keberlangsungan industri minyak dan gas (migas) nasional di masa depan masih mendapat tantangan investasi dan pendanaan.

Hingga September 2021, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan realisasi investasi hulu migas mencapai USD7,9 miliar, masih 64 persen dari target Work Program and Budget (WP&B) 2021 senilai USD12,38 miliar.

Ari menekan bahwa pemerintah perlu fokus untuk masalah pendanaan mengingat Indonesia masih dinilai sebagai negara yang tidak menarik bagi investor luar negeri terkait tujuan investasi sektor migas.

"Tantangannya cuma satu, investasi dan pendanaan. Ini yang menjadi tantangan utama kita. Di sektor migas, itu negara kita sudah sejak beberapa tahun dinilai sebagai negara yang termasuk yang paling tidak menarik untuk melakukan investasi migas, dan berbagai institusi-institusi internasional sudah menyatakan itu," kata Ari dalam webinar bertema Energi Fosil Masa Depan Jumat (22/10/2021).

Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan investasi migas pada 2021 mencapai USD17,59 miliar, mencakup kontribusi dari hulu sebesar USD12,38 miliar dan hilir USD5,2 miliar. Rencana tersebut meningkat 45% dibandingkan tahun 2020.

Pemerintah Indonesia juga terus berupaya menggalakkan iklim investasi migas dengan meluncurkan aneka insentif untuk menarik minat pendanaan. Optimisme ini, dipandang Ari sebagai hal yang perlu segera diimplementasikan.

"Cukup kita dengan perencanaan-perencanaan, semuanya sudah bagus, kita harus fokus terhadap implementasi. Kita tidak bisa mendapatkan uang dari sumber dalam negeri saja, tak mungkin mampu, kita butuh investasi dari luar," tegasnya.

Ari memahami bahwa ketat dan lesunya investasi masih menjadi hambatan besar. Namun, dirinya memandang masih ada peluang bagi sumber daya energi tersebut hingga 2050.

"Investasi di sektor migas itu sangat ketat, dan masih diperlukan, bahkan sampai tahun 2050 pun secara absolut masih signifikan, meskipun sudah menurun dibandingkan hari ini. Inilah tantangan dan hambatan yang perlu kita atasi," pungkasnya. (NDA) 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement