Strategi ini mencerminkan keengganan pemerintah untuk menciptakan ketergantungan baru terhadap stimulus fiskal, terutama di tengah tekanan fiskal dan risiko sistemik yang meningkat.
Situasi ini terjadi di saat yang sulit bagi perekonomian China secara keseluruhan. Konsumsi domestik belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi dan krisis properti yang berkepanjangan.
Di sisi eksternal, tarif impor baru dari Amerika Serikat (AS) menambah tekanan terhadap kinerja ekspor hingga mempersempit ruang pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu dalam jangka pendek.
Bagi investor global, dinamika di sektor properti China kini menjadi perhatian utama. Ketergantungan perusahaan multinasional, termasuk raksasa seperti Tesla terhadap permintaan dari pasar China bisa menjadi sumber volatilitas.
Terlebih apalagi jika sentimen domestik terus memburuk dan berimbas pada pengeluaran rumah tangga serta belanja modal perusahaan. Dampak lanjutan dari pelemahan ini juga berpotensi menekan berbagai sektor lain yang terkait erat dengan properti, seperti logam industri, energi, serta saham-saham siklikal di pasar global.