IDXChannel - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengantongi laba bersih sebesar USD2,49 miliar atau setara Rp38,16 triliun (mengacu kurs Rp15.320 per dolar AS). Angka itu melesat 167,07% dibandingkan 2021 yang sebesar USD933,49 juta.
Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir mengatakan, peningkatan laba bersih perseroan utamanya didorong oleh masih tingginya harga batu bara dan meningkatnya volume penjualan perseroan. Sepanjang 2022 lalu, volume penjualan ADRO tercatat sebesar 61,34 juta ton atau naik dari 51,58 juta ton pada 2021, sementara harga jual rata-rata (ASP) tahun lalu naik hingga 74%.
Pendapatan perseroan tercatat sebesar USD8,10 miliar atau Rp124,02 triliun, naik dari 102,92% dari tahun 2021 yang sebesar USD3,99 miliar. Secara rinci, penjualan batu bara ekspor tercatat sebesar USD6,94 miliar atau Rp106,30 triliun dan penjualan batu bara domestik sebesar USD987,63 juta atau Rp15,11 triliun.
Kemudian, pendapatan dari segmen jasa pertambangan domestik tercatat sebesar USD118,48 juta atau Rp1,81 triliun, pendapatan jasa sewa domestik sebesar USD270 ribu atau Rp4,13 miliar, serta pendapatan lainnya sebesar USD50,86 juta atau Rp778,52 miliar.
“Adaro sukses mencatat rekor kinerja tertinggi dalam tahun yang mengejutkan untuk industri ini. Pendapatan naik lebih dua kali lipat berkat operasi yang baik dan efisien, serta dukungan dari kenaikan harga jual untuk produk-produk kami,” kata dia dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (3/3/2023).
Pria yang akrab disapa Boy Thohir itu menerangkan, kualitas laba ADRO tercermin pada operasional EBITDA sebesar USD5 miliar dan laba inti sebesar USD3 miliar, yang masing-masing mencatat kenaikan sebesar 139% dan 140% secara tahunan.
Adapun, produksi batu bara perseroan sepanjang 2022 tercatat sebanyak 62,88 juta ton, atau melampaui panduan 2022 yang ditetapkan perseroan pada 58-60 juta ton. Angka ini setara dengan kenaikan 19% dari produksi 52,70 juta ton pada tahun lalu.
Lalu, ADRO mencatat pengupasan lapisan penutup sebesar 235,68 juta bank cubic meter (Mbcm), atau naik 8% dari sebelumnya 218,90 Mbcm pada tahun lalu, dan nisbah kupas tahun ini tercatat 3,75 kali, lebih rendah daripada nisbah kupas 4,15 kali pada tahun lalu. Serta, pencapaian nisbah kupas Adaro sepanjang tahun lalu masih di bawah target yang sebesar 4,15 kali, karena faktor cuaca yang lebih berhujan pada semester pertama tahun lalu.
“Profitabilitas yang tinggi ini akan mendukung kami dalam mempercepat proyek-proyek transformasi dan membangun Adaro yang lebih besar dan lebih ramah lingkungan,” pungkas Boy.
(YNA)